Keluarga Besar Kelas E Angkatan VI di PUSTEKKOM, 15 Desember 2011
(nupus, iyob, dewi, ina, esa, endang, ria, aina, khatib, samsudin, saripudin,
pemandu dari PUSTEKKOM, haryadi, mamad, didin, mamat, hazairin)
(pak deni, pak sabik & bu neneng tidak ada difoto)


PRAKTEK TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


MAKALAH
PRAKTEK TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


Disusun oleh :
KELOMPOK 2 (KELAS E)

                    1.Dewi  Surani                    : 231110035
                       2.Endang Hanimah             : 231110051
                       3.Nadrotun Nufus               : 231110106



Tugas Mata Kuliah
Landasan dan Konsep Teknologi Pembelajaran
(Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M. Pd.)


PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG-PROVINSI BANTEN
2011


  
BAB I
PENDAHULUAN

            Teknologi Pembelajaran berkembang secara konsisten melalui serangkaian teori dan praktek. Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek, dan sebaliknya praktek dapat mendahului analisis teoritik.
            Disiplin Teknologi Pembelajaran dianggap unik karena selain teori dan praktek di lapangan, bidang ini mengandalkan model-model sekaligus mendukung teori-teori yang digunakan.
            Praktek sangat berpengaruh terhadap proses evolusi bidang Teknologi Pembelajaran, sehingga mempunyai dampak yang besar terhadap pembentukan bidang garapan sendiri. Dan praktek mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada teori bagi mereka yang ada di luar bidang Teknologi Pembelajaran.


  
BAB II
PEMBAHASAN
PRAKTEK TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

 A. Elemen yang Membentuk Praktek Teknologi Pembelajaran
        Elemen-elemen yang dapat memudahkan atau mempersulit penggunaan model serta teori dalam praktek Teknologi Pembelajaran antara lain :
1.    Jenis materi pembelajaran;
2.    Sifat atau karakteristik pemelajar;
3.    Organisasi dimana pembelajaran berlangsung;
4.    Kemampuan sarana yang tersedia; dan
5.    Keahlian para praktisi.
Dimensi praktek Teknologi Pembelajaran berkembang sejalan dengan perkembangan potensi teknologi. Introduksi mikro-komputer di bidang pendidikan dan pelatihan secara drastis mengubah keberadaan proses praktek di lapangan. Penggunaan komputer yang semakin memasyarakat serta semakin canggih teknologinya, memungkinkan perkembangan praktek Teknologi Pembelajaran meningkat dengan pesat.
Mutu praktek ditentukan oleh keterampilan dan keahlian para praktisi. Keahlian itu berkembang secara bertahun-tahun, dan melaksanakan fungsi perubahan dalam bidang baik secara teoritikal maupun praktikal. Selain itu juga berguna menjelaskan hakekat posisi praktisi dalam lapangan kerja.

1. Konteks Praktek Teknologi Pembelajaran
        Latar belakang serta tempat kerja para praktisi yang beragam mempengaruhi perkembangan keyakinan, nilai-nilai, serta prioritas dalam bidang. Pengaruh ini jelas dapat terlihat dalam bidang Teknologi Pembelajaran, yaitu dengan terjadinya perubahan besar dalam latar pekerjaan para teknolog pembelajaran selama 25 tahun ini.
a.    Lingkup Praktek Teknologi Pembelajaran:
            Teknologi Pembelajaran dapat menghasilkan lulusan yang dapat bekerja di bidang : -  Kesehatan
-       Sekolah
-       Bisnis dan Industri
-       Tempat ibadah, rumah, dan masyarakat
-       Pemerintahan

Gambar 1: Pilihan Bagi Lulusan Teknologi Pembelajaran
 















            Meluasnya pilihan lapangan kerja bagi para teknolog pembelajaran (Gambar 1) mempunyai dampak yang sangat berarti bagi bidang. Sekarang ini dalam kebanyakan wilayah geografis, tugas pelatihan mempersyaratkan pendidikan lanjutan dalam bidang Teknologi Pembelajaran atau bidang yang berkaitan. Kegiatan pengembangan pembelajaran di latar luar sekolah cenderung lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan di sekolah, namun spesialis media di sekolah tetap merupakan standar pada kebanyakan lembaga persekolahan, dan mereka mempengaruhi perancangan dan implementasi kurikulum (Ely : 1992).
            Negara-negara berkembang menentukan arah pembangunan pendidikan  melalui bidang Teknologi Pembelajaran. Sebagai tambahan, beberapa negara seperti Kanada dan Belanda termasuk Indonesia mempunyai program akademik Teknologi Pembelajaran di perguruan tinggi dan universitas mereka secara meluas dan semakin mantap dengan berkembangnya penelitian dan pustaka internasional.
            Satu lagi kekhasan praktek dalam bidang ini adalah kenyataan bahwa banyak lembaga yang memasukkan aplikasi teknologi ke dalam lingkungan pekerjaan mereka. Berbagai teknologi itu, bukan semata-mata menjadi wilayah eksklusif bidang Teknologi Pembelajaran. Perekayasa system, pemrogram komputer, guru dan akademisi dalam berbagai bidang keahlian, semuanya  tertarik pada teknologi dank arena itu menggunakannya.

b.    Variasi Praktek di Berbagai Tempat Bekerja
Dengan makin berkembang dan menonjolnya pelatihan di lingkungan bisnis dan industrial di beberapa daerah, telah berkembang pula topik-topik baru dalam bidang teknologi Pembelajaran, seperti :
a.    Pembelajaran berorientasi keterampilan yang diikuti kemudian dengan transfer pelatihan;
b.    Pembelajaran mengacu pada materi bukan pemelajar;
c.    Analisis tahap awal dan desain system pembelajaran;
d.    Teknologi belajar jarak jauh;
e.    Hakekat pemelajar dewasa; dan
f.      Teknologi kinerja.
Lingkungan pelatihan seringkali merupakan arena dimana banyak produk         teknologi canggih sekarang ini dikembangkan. Hal ini terjadi karena perusahaan swasta seringkali lebih menekankan pada penggunaan teknologi sebagai sumber dibandingkan dengan sekolah. Perusahaan besar dapat menyebarkan investasi teknologinya kepada sejumlah besar peserta latihan, sehingga pengeluaran untuk tiap peserta tetap hemat biaya (cost efficient).
Lingkungan pelatihan juga menekankan pada produktivitas, serta mengurangi waktu dalam merancang ulang. Tekanan pada produktivitas dan waktu ini mengarah pada dikembangkannya sistem penunjang kinerja elektronik serta pendekatan baru dalam kegiatan perancangan dan pengembangan untuk menemukan teknik yang lebih efisien (Dick, 1993; Wager, 1993). Tetapi pada bagian lain, kegiatan pengembangan itu cenderung mengabaikan hal-hal yang penting, misalnya evaluasi dan umpan balik, karena pertimbangan penghematan waktu dan dana.
Sekolah mempunyai kepentingan lain yang mempengaruhi praktek Teknologi Pembelajaran dalam lingkungan ini, termasuk :
a.    Pembelajaran dengan kendali guru yang luwes;
b.    Memenuhi kebutuhan komprehensif para peserta didik;
c.    Pembelajaran yang tidak dirancang dengan analisis “front-end” secara menyeluruh; dan
d.    Penilaian dan evaluasi.
              Aplikasi Teknologi Pembelajaran di sekolah memungkinkan para guru untuk membuat keputusan mendadak untuk memenuhi kebutuhan khusus peserta didik atau karena adanya peristiwa khusus. Meskipun dalam lingkungan sekolah, sumber teknologi yang dipunyai oleh  tingkat TK hingga SMA lebih sedikit dibandingkan dengan di lingkungan perusahaan, namun strategi pembelajaran yang digunakannya lebih bervariasi karena waktu yang tersedia relatif lebih lama dibandingkan strategi yang dilakukan di situasi pelatihan karena waktu pelatihan yang relatif singkat. Jadi meskipun di lingkungan sekolah waktu dan sumber dananya terbatas, prosedur penilaian dan evaluasi yang diadakan di sekolah lebih dihargai daripada yang dilakukan perusahaan (Seels dan Glasgow, 1991).
              Prinsip Teknologi Pembelajaran sudah diterapkan dalam berbagai situasi belajar sehingga memperkaya praktek di lapangan, walaupun mengakibatkan perbedaan pendapat.

2. Pekerjaan Teknologi Pembelajaran
             Pekerjaan para teknolog pembelajaran biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan dari suatu lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga tersebut. Seels dan Glasgow (1990) menguraikan pangsa pasar kerja dengan membedakan dua peran, yaitu peneliti dan praktisi. Peneliti yang berkarya di lembaga akademik mungkin berkepentingan dengan setiap kawasan, namun biasanya mereka mengkhususkan diri pada satu atau dua bidang minat.
             Praktisi mungkin saja menaruh perhatian pada setiap kawasan dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Namun mereka ini cenderung mngkhususkan diri ke dalam lingkup yang terbatas. Lingkup Teknologi Pembelajaran yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku baik bagi teoritisi maupun praktisi. Kebanyaka teknolog pembelajaran mempunyai pekerjaan yang menuntut keahlian khusus dalam satu atau dua bidang misalnya desain dan pengembangan teknologi tertentu atau pemanfaatan media.
              Seels dan Glasgow (1990) menunjukkan konseptualisasi peranan perancang pembelajaran secara menyeluruh.





 
Gambar 2 : Profesi Perancang Pembelajaran

             Dalam gambar 2 dijelaskan peranan sebagai fungsi kategori utama pekerjaan, lingkungan kerja, dan bentuk produk yang dihasilkan. Sebagai salah satu contoh, seorang perancang pembelajaran bekerja sebagai pegawai negeri dengan tugas khusus dalam pembuatan modul pembelajaran berbasis computer. Pekerjaan ini memerlukan keahlian yang berjenjang, mulai jenjang dasar (I), menengah (II), dan lanjut atau mahir (III). Kerangka kerja ini mungkin saja diperluas secara menyeluruh dengan sedikit modifikasi.
              Penamaan jabatan itu sendiri berbeda-beda dalam setiap lembaga, bahkan dalam suatu lingkungan kerja yang sama. Dalam lingkungan sekolah, orang-orang yang mempunyai keahlian dalam mrancang mungkin menjabat sebagai guru, kepala sekolah, atau spesialis kurikulum. Dalam lingkungan lembaga pelatihan, orang dengan keahlian merancang pembelajaran mungkin disebut dengan jabatan sebagai perancang, tetapi mungkin saja dengan nama jabatan lain. Rothwell dan Kazanas (1992) mengidentifikasi penamaan jabatan alternatif dengan sebutan teknolog kinerja, pengembang pembelajaran, penyelia proyek, spesialis pendidikan, pendidik karyawan, pelatih, teknolog pembelajaran, atau spesialis sistem pembelajaran.
              Untuk memenuhi kualifikasi dalam pekerjaan, seseorang harus menguasai satu atau lebih kawasan dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Biasanya pekerjaan ini berkaitan dengan produk pembelajaran atau keduanya.

3. Peran Keahlian Para Praktisi
1. Pelatihan Formal dan Pelatihan Ulang
           Para teknolog pembelajaran sekarang ini yang berkarya dalam berbagai situasi, lebih terampil dibandingkan generasi sebelumnya. Di Amerika Serikat, selama tahun 1991 ada 195 program magister(S2) serta 63 program doktor dalam Teknologi Pembelajaran.Jumlah program akademik itu menurut Ely (1992) cenderung stabil.
           Para teknolog pembelajaran yang mempraktekkan ilmu di lapangan akan terus mengembangkan keahlian serta keterampilan mereka melalui kegiatan yang dilakukannya di luar lingkup program pelatihan formal. Usaha mereka  merupaka karakteristik bidang Teknologi Pembelajaran sebagai akibat dari perkembangan teknologi baru yang pesat. Keadaan ini mnyebabkan berkembang biaknya kegiatan kuliah lanjutan, seminar, workshop, dan pertemuan organisasi yang seringkali dihadiri oleh peserta yang melimpah.

 2. Sertifikasi Kompetensi Profesional
       Seiring dengan meluasnya bidang Teknologi Pembelajaran, organisasi-organisasi profesi melakukan tugas mengembangkan dan menyepakati daftar kompetensi inti untuk jabatan praktisi, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor pelatihan. Divisi Instructional Development dari organisasi AECT bersama dengan National Society for Performance and Instruction (NSPI) membentuk satuan tugas untuk melaksanakan tugas serupa.
         Menurut satuan tugas tersebut, rumusan kompetensi selain diperlukan sebagai dasar untuk sertifikasi, juga untuk dapat digunakan untuk :
a.    Penilaian diri dan pengembangan diri;
b.    Menciptakan terminology yang sama;
c.    Pengembangan program akademik;
d.    Membantu atasan untuk mengidentifikasi praktisi yang memenuhi syarat; dan
e.    Landasan untuk merumuskan bidang (Task Force on ID Certification. 1981).
         Sekarang masalah sertifikasi sering diartikan sebagai suatu gerakan mutu demi tercapainya standardisasi mutu di lingkungan industri Amerika. Sertifikasi diajukan sebagai suatu cara untuk membatasi keragaman, suatu cara untuk menjamin mutu kinerja dan mutu produk pembelajaran. Bagaimanapun, dalam kenyatannya masih banyak kontroversi mengenai sertifikasi dan standardisasi mutu.
          Pada saat ini, sertifikasi untuk guru pada umumnya dipersyaratkan. Berdasarkan itu ada sejumlah orang yang berpendapat agar sertifikasi bagi professional dalam Teknologi Pembelajaran dalam lingkungan pelatihan juga diwajibkan. Meskipun ada desakan agar ditentukan sertifikasi bagi spesialis teknologi di sekolah, namun pada saat sekarang ini hanya sertifikasi untuk spesialis media dalam perpustakaan sekolah saja yang disepakati untuk diwajibkan.
          Sertifikasi program akademik selama ini menjai tanggung jawab NCATE (National Council for Accreditation of Teacher Education). Badan ini mengakui Teknologi Pembelajaran sebagai landasan pengetahuan bagi program persiapan guru atau professional lanjutan dalam bidang pendidikan. Program Teknologi Pembelajaran dikaji dengan dukungan AECT, yang menyetujui standar, melatih pengkaji, dan menerbitkan keputusan akhir.  Program Teknologi Pembelajaran yang telah disetujui, memberikan sumbangan terhadap keseluruhan akreditasi fakultas ilmu pendidikan.

B. Etika Praktek Teknologi Pembelajaran
    Penyusunan Standar Etik
             Salah satu syarat pokok setiap profesi, ialah adanya pengakuan dan pelaksanaan atas suatu perangkat etika praktek. Standar etik ini selanjutnya akan menentukan bagaimana kegiatan praktek sehari-hari sebaiknya dilakukan. AECT sejak dibentuknya lebih kurang 35 tahun yang lalu sudah menetapkan kode etik profesi termasuk prosedur untuk mengatasi masalah etis.
             Etika memberikan pengaruh kepada berbagai bidang yang beragam seperti pada politik, keuangan, olahraga, penelitian akademik, dan manufaktur. Definisi etika menurut kamus adalah “suatu perangkat nilai moral, prinsip yang mengatur perilaku seseorang atau kelompok”. Standar perilaku ini berperan sebagai sumber abstrak yang merupakan panduan untuk kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu merupakan bagian vital dalam menentukan norma perilaku professional dalam setiap bidang.

Masalah Etika Profesi
             Perubahan cepat karena teknologi menyebabkan perubahan pada norma etika, sehingga diperlukan pengembangan dan penyebarluasan etika yang lebih baru sesuai dengan kemajuan teknologi. Ada topik-topik yang jelas seperti ketepatan penggunaan dari teknologi penggandaan misalnya teknologi cetak, audio, dan video, ditambah dengan penggandaan melaui komputer. Standar perubahan tadi berdampak pada etika hukum hak cipta, serta prosedur pemanfaatan penggandaan secara benar. Selain itu, kegiatan oknum tertentu (hackers) memungkinkan mereka memasuki data base orang lain secara tidak sah, serta membuat dan menyebarkan virus komputer. Hal ini memang merupakan masalah baru yang harus diantisipasi. Tentu saja pelanggaran tersebut dapat diajukan ke pengadilan seperti kebiasaan pelanggaran kode etik.
             Teknologi baru juga menyebabkan masalah etika baru, yang bagi orang awam tidak begitu disadari dan dampaknya juga tidak dirasakan. Seperti misalnya masalah persamaan dalam memperoleh kesempatan pendidikan sehubungan dengan perkembangan teknologi. Penggunaan teknologi dalam pendidikan secara efektif menuntut adanya perubahan sistemik, agar diperoleh akses terhadap sarana, perangkat lunak, dan proses pembelajaran yang inovatif. Kenyataan ini dapat mengakibatkan makin lebarnya jurang pemisah antara “mereka yang kaya” dan “mereka yang miskin”. Hal ini merupakan dilema secara etis maupun praktis.   

C. Pengaruh Praktek terhadap Evolusi Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembalajaran telah berkembang dari anggapan sebagai keterampilan tangan menjadi profesi, dan sekarang sebagai bidang kajian. Evolusi tersebut terjadi seiring dengan proses pertumbuhan di berbagai tempat kerja, yang diawali dengan praktek tingkat teknisi dan berkembang sampai tingkat profesi yang memerlukan kemampuan lanjutan dan persiapan yang jauh lebih baik, dan kemudian menjadi suatu bidang kajian dengan ciri penelitian ilmiah dan keahlian para praktisi. Proses evolusi sudah diuraikan beberapa kali dalam seri kajian, serta dengan usaha mendefinisikan lingkup dan fungsi bidang teknologi pembelajaran.

1. Pekerjaan dalam Studi Media Pembelajaran 1970
Menjelang akhir tahun 1960an Department of Audiovisual Instruction dari National Education Association yaitu cikal bakal organisasi AECT, melaksanakan analisa praktek Teknologi Pembelajaran, yang pada hakekatnya menunjukkan perkembangan historis praktek yang dilakukan pada saat itu.
  1. Landasan Kajian.
Kajian JIMS disusun berdasarkan dua orientasi tepisah. Orientasi pertama yaitu analisis fungsional pekerjaan. Teknik ini dikembangkan oleh Sidney A. Fine dari Upjon Institute for employment Research. Teknik analisis fungsional pekerjaan mencakup kegiatan identifikasi berbagai macam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Tugas-tugas tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori apakah tugas tersebut berkaitan dengan data, orang atau barang. Setiap kategori dirinci lagi kedalam fungsi yang menguraikan tingkat kesulitan dan dikaitkan dengan tingkat kebutuhan pembelajaran yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi tersebut.
Selain analisis fungsional, kajian JIMS tersebut dipengaruhi oleh satu model kawasan yang ada dalam Teknologi Pembelajaran sebagaimana dikembangkan oleh Media Guidelines Projects of Teaching Research Division of the Oregon System of Higher Education.
Gambar 3, menjabarkan kawasan teknologi pembelajaran seperti disajikan dalam JIMS. Model JIMS memang sama dengan model yang dikembangkan di Oregon. Pandangan Oregon mengidentikkan kawasan dalam bidang Teknologi Pembelajaran dengan fungsi yang dilaksanakan oleh para praktisi. Bagan tadi adalah gagasan AECT yang pernah diajukan dalam definisi teknologi pembelajaran tahun 1972 dan 1977. Definisi terbaru (1994) juga mencantumkan jabatan fungsional tadi. Perbedaan yang ada antara definisi lama dan baru adalah sebelumnya fungsi praktisi menentukan kawasan bidang.
  
Untitled.png
Gambar 3 : Kawasan Teknologi Pembelajaran Berdasarkan Laporan JIMS

  1. Pengaruh dan Perluasan Laporan JIMS.
Salah satu kesimpulan yang diperoleh dari laporan JIMS adalah bahwa sebagian besar pekerjaan termasuk dalam  bidang tugas pendamping-profesi (paraprofesional) seperti misalnya pengoperasian peralatan. Akibatnya proyek bergeser ke sistematika penggelompokkan pekerjaan yang menjadi landasan kearah jenjang karir. Dengan demikian laporan JIMS membantu satu basis pengembangan bidang menjadi suatu profesi.
Laporan JIMS juga merupakan landasan untuk pekerjaan lain dengan jalan menganalisis hakekat suatu bidang. Perluasan kedua atas laporan JIMS adalah pengkajian peran personil media yang dilakukan oleh Chisholm dan Ely (1976). Inti buku tersebut dapat diringkas seperti yang ada dalam gambar 4.
untitled2.bmp
Gambar 4 :
Fungsi yang dilaksanakan Personil Media Dalam Kaitannya dengan Pemakai

Meskipun definisi AECT 1977 disesuikan dengan model kawasan dalam laporan JIMS, namun pada dasarnya klasifikasi jabatan fungsional secara praktis sama. Jadi, definisi 1977 telah memperluas penerapan pendekatan analisis jabatan fungsional untuk digunakan dalam menjabarkan bidang teknologi pembelajaran.
  
2. Hubungan antara Definisi 1994 dengan Praktek
Definisi teknologi pembelajaran sekarang disajikan sebagai suatu refleksi dari teori dan praktek. Kawasan-kawasan mewakili landasan ilmiah dari bidang dan sekaligus membantu menentukan skema klasifikasi tentang cara bagaimana secara khusus pengetahuan tersebut diterapkan dalam lingkungan pekerjaan. Meskipun nama-nama kawasan mengandung arti proses, setiap kawasan pertama-tama harus dijabarkan dalam bentuk kegiatan, untuk memperkuat hubungannya dengan dunia kerja. Sebagai contoh, kegiatan yang berkaitan dengan kawasan desain dapat meliputi analisis isi atau membuat petunjuk kerja. Demi menjaga keutuhan definisi, kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran. Hubungan kegiatan ini ditunjukkan pada gambar 5.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa proses atau kegiatan yang berkaitan dengan produk merupakan rumusan fungsi dari kawasan yang bersangkutan.
Masih banyak kompetensi profesional yang dapat ditunjukkan oleh para teknolog pembelajaran meskipun pekerjaannya hanya meliputi salah satu kawasan. Kecuali itu ada nama-nama jabatan yang dikaitkan dengan bidang kompetensi dan kinerja. Perkembangan suatu bidang biasanya diiringi dengan pertumbuhan lapangan kerja, kompetensi, serta proses dan sumber yang dikaitkan dengan setiap segi dalam bidang tersebut. Sebagai akibat dari pertumbuhan dalam bidang teknologi pembelajaran, telah berkembang nama jabatan, termasuk jumlah pekerjaan. Tingkat keahlian rata-rata juga tampak berkembang, dan dengan sendirinya rentang dan jenis kompetensi juga berkembang guna melengkapi perluasan teknologi itu sendiri.

Untitled 4.png
Gambar 5 :
Hubungan antara Kawasan dan Kegiatan dalam Bidang

Pertumbuhan dalam satu bidang, dapat merentangkan bahkan melewati batas-batas tradisional bidang tersebut. Dalam kata lain, proses penyusunan definisi ini meupakan usaha untuk menetapkan dan menguji batas bidang. Pertumbuhan dalam praktek teknologi pembelajaran sejak lebih seperempat abad yang lalu, tampaknya mendukung definisi 1994 dengan kelima struktur kawasannya. Usaha ini juga merupakan kerangka untuk mengakomodasi perkembangan praktek teknologi pembelajaran di masa depan. Kerangka tersebut akan dapat menampung kegiatan kerja baru, kompetensi profesional baru, teknologi baru, dan proses baru yang ditemukan.

RINGKASAN

Definisi teknologi pembelajaran 1994 menjabarkan bidang ini sebagai suatu teori sekaligus praktek. Bab ini secara khusus membahas bidang dari orientasi praktek. Akhir-akhir ini, praktek teknologi pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konteks tempat bekerja, rentang pekerjaan yang terbuka, dan peringkat keahlian yang diharapkan bagi mereka yang terlatih dalam berbagai aspek dalam bidang. Kecuali itu, praktek juga dibentuk dengan standar etik profesi yang berlaku. Jelas bahwa pertumbuhan di masa depan akan terus dibentuk oleh praktek, maupun oleh perkembangan kerangka intelektual.


Comments


Ingin membuat buat Buku Tamu seperti ini?
Klik di sini

Dowload Tugas Semester 1

Orientasi Baru dalam Pembelajaran
# Resume Buku Landasan Pendidikan (UTS)
BAB 1 s.d 8 (lengkap)

# Resume buku
Kelompok 1 (Revolusi belajar jilid II)
---> Presentasi : Senin, 04 April 2011
---> Powerpoint bab 8 & 9, 10 & 11, 12 & 13, 14 & 15

Kelompok 2 (Revolusi belajar jilid I)
---> Presentasi : Senin, 18 April 2011
---> Powerpoint pendahuluan & bab 1, 2, 3, 4-5, 6-7
---> catatan moderator (tanya jawab) atau klik disini

Kelompok 3 (Quantum Quatient)
--> Presentasi : Senin, 30 Mei 2011
--> word : Resume 1-6
--> powerpoint : bab 1-2, 3, 4, 5-6, SQ
--> catatan moderator : Tanya jawab

Kelompok 4 (Double Your Brain Power)
--> Pesentasi : Senin, 13 Juni 2011
--> Word : Resume komplit
--> Powerpoint : 1, 2, 3

Kelompok 5 (Belajar Cerdas Berbasiskan Otak)
--> Pesentasi : Senin, 13 Juni 2011
--> Word : Resume komplit
--> Powerpoint : 1&2, 3, 4 awal, 4 akhir

Download Materi Semester 2

Konteks Sosial Budaya, Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran
1. Perihal konteks sosial budaya
2. (pendidikan dan pengajaran) dalam perspektif antropologi
3. Konteks Sosbud 4 Psikologi
4. Konteks sosbud 5 sosiologi
5. Konteks sosbud 6 sosiologi(teori humanism
Landasan dan Konsep Teknologi Pembelajaran
1. Teknologi Pendidikan
Pengembangan Kualitas Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Pengembangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Download Tugas Semester 2

Pengembangan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
Makalah kelompok 1. word + ppt + pertanyaan
Makalah kelompok 2. word + ppt + pertanyaan
Makalah kelompok 3. word + ppt + pertanyaan
Makalah kelompok 4. word + ppt
Makalah kelompok 5. word + ppt
Landasan dan Konsep Teknologi Pembelajaran
Makalah kelompok 1. word + ppt + tanyajawab
Makalah kelompok 2. word + ppt + tanyajawab
Makalah kelompok 3. word + ppt
Makalah kelompok 4. word + ppt
Makalah kelompok 5. word + ppt
Makalah kelompok 6(1). word + ppt
Makalah kelompok 7(2) word + ppt1 + ppt2
Makalah kelompok 8(3) word + ppt
Makalah kelompok 9(4) word + ppt
Makalah kelompok 10(5) word + ppt1 + ppt2
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Proposal thesis kelompok 1. word + ppt
Proposal thesis kelompok 2. word + ppt
Proposal thesis kelompok 3. word + ppt

Download Materi Semester 3

Pengembangan Media dan Pengelolaan Sumber Belajar
Silabus
Landasan TP_definisi 2004
Strategi & Media Pembelajaran
Desain Pembelajaran dan Pelatihan
Kontrak Perkuliahan
Prinsip Pembalajaran & Motivasi Belajar
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum

Bank Soal UTS dan UAS

SEMESTER 1 (Feb - Jun 2011)
1. UTS dan UAS Pak Sihabudin (metlit)
2. UTS dan UAS Pak Rusmana (statistik)
dan Jawaban UTS + [Soal tugas dan Jawaban tugas persiapan UAS]
3. UTS dan UAS Pak Bambang (filsafat)
4. UTS dan UAS Pak Nandang (OBP)

SEMESTER 2 (Agst 2011 - Jan 2012)
1. UTS dan UAS Pak Sihabudin (sosbud)
2. UTS dan UAS Pak Romly (Klts TP & TKP)
3. UTS dan UAS Pak Soleh (Konsep TPm)
4. UTS dan UAS Pak Benny (Karya ilmiah)

Semester 3 (Februari - Juni 2012)
1. UTS dan UAS Pak Budi
2. UTS dan UAS Pak Uwes
3. UTS dan UAS Pak Robinson
4. UTS dan UAS Pak Hadi
5. UTS dan UAS Bu Martini