MAKALAH
APLIKASI DAN PROSPEK TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 3 (KELAS E)
Tugas Mata Kuliah
Landasan dan Konsep Teknologi Pembelajaran
(Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M. Pd.)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Kemajuan teknologi yang sangat
pesat memberikan pengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. Pendidikan yang dahulu berpusat kepada guru (teacher centered)
sekarang berpusat kepada peserta didik sebagai pemelajar (learning centered),
dalam kondisi demikian guru lebih berperan sebagai pembimbing, sehingga dunia
pendidikan harus mau mengadakan inovasi yang positif untuk kemajuan pendidikan
dan sekolah. Tidak hanya inovasi dibidang kurikulum, sarana-prasarana, namum
inovasi yang menyeluruh dengan menggunakan teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan dapat
mengubah cara pembelajaran yang konvensional menjadi nonkonvensional. Teknologi
pendidikan seringkali diasumsikan dalam persepsi yang mengarah semata-mata pada
masalah elektronika atau peralatan teknis saja, padahal teknologi pendidikan
mengandung pengertian dan penerapan yang sangat luas. Teknologi pendidikan
merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan
di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, sehingga belajar lebih efektif,
lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu
ada usaha dan produk yang sengaja dibuat dan ada yang ditemukan dan
dimanfaatkan.
Teknologi pendidikan sangat
dibutuhkan dalam rangka meningkatkan produktivitas pendidikan, karena dalam
teknologi pendidikan tidak hanya unsur elektronik saja yang ada tapi SDM yang
berkualitas atau mampu berpikir, mendesain sistem, dan punya ilmu pengetahuan
untuk melakukan manajemen perubahan serta melakukan teknologi pembelajaran.
Teknologi pendidikan juga dibutuhkan untuk pemerataan kesempatan belajar,
keselarasan atau keserasian dalam pendidikan dan masalah-masalah belajar
lainnya sesuai dengan tujuan teknologi pembelajaran, yaitu untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi
kegiatan pembelajaran. Teknologi pembelajaran sebagai perangkat lunak (sofware
technology) yang berbentuk cara-cara yang sistematis dalam memecahkan
masalah pembelajaran semakin canggih dan mendapat tempat secara luas dalam
dunia pendidikan (Suparman & Zuhairi, 2004:345-346). Dengan demikian
aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar
mempunyai bentuk kongkrit dengan adanya sumber belajar yang memfasilitasi
peserta didik untuk belajar.
Adanya revolusi informasi dapat
menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap
menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga
pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis
teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-akhir
ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah
membalik cara berpikir kita dengan “bagaimana mengambil manfaat teknologi
tersebut untuk mengatasi masalah belajar”.
B. Permasalahan
Dari latar belakang yang sudah
dipaparkan, permasalahan dalam makalah ini adalah apa saja aplikasi teknologi
pembelajaran dalam dunia pendidikan nasional dan bagaimana prospek teknologi
pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia serta kecenderungan serta
permasalahan yang muncul dalam aplikasi dan prospek teknologi pembelajaran
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.
Mengetahui tentang aplikasi
teknologi pembelajaran dalam pendidikan nasional
2.
Mengetahui bagaimana prospek
teknologi pembelajaran dalam pendidikan nasional
3.
Mengetahui kecenderungan serta
permasalahan yang muncul dalam aplikasi dan prospek teknologi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Aplikasi
Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran memilki
lima kawasan yang menjadi bidang garapannya, yaitu desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya
aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut.
Abdul Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi
pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
teknologi pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks. Seels dan Richey
(1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi teknologi pembelajaran
kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan
baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan
yang paling mendasar, dan yang secara tegas dinyatakan, adalah menyediakan dan
melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan kemungkinan belajar.Pemecahan
ini berbentuk sumber belajar, sumber ini baik yang sengaja dirancang maupun
yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang tersedia
untuk berinteraksi dengan pemelajar.Produk ini merupakan bukti penerapan
teknologi pendidikan yang paling jelas.Fungsi-fungsi pengelolaan dan
pengembangan juga merupakan bukti penerapan praktis teknologi
pendidikan.Masing-masing fungsi tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus,
yang dapat diukur dan dilihat.
Dengan demikian orang dapat
melihat seseorang yang sedang melakukan penilaian kebutuhan, memproduksi film,
mengkatalogkan bahan-ajaran, berinteraksi dengan si belajar, mengelola orang
lain dan sebagainya. Kegiatan nyata dari kegiatan tersebut yang membuahkan
hasil, juga merupakan bukti bahwa teknologi telah diaplikasikan dalam
pendidikan (AECT,1977).
Menurut Seels dan Richey (1994), mempraktikan
teknologi pembelajaran akan berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan
atau menyulitkan praktik itu sendiri. Elemen-elemen tersebut yaitu:
1)
jenis materi pembelajaran;
2)
sifat atau karakteristik
pembelajaran;
3)
organisasi dimana pembelajaran
berlangsung;
4)
kemampuan sarana yang tersedia;
dan
5)
keahlian para praktisi.
Dimensi praktik teknologi
pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 30-an ketika
komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi pembelajaran
berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan
berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom
dalam perang dunia II hingga internet sebagai jaringan informasi publik global
yang mampu menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer
yang terhubung dengan jaringan. Fenomena yang juga banyak disebut sebagai
revolusi digital inilah yang mampu meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat
manusia akan segera memasuki sebuah era baru yang diintrodusir sebagai
informasi.
Masih menurut Seels dan Richey
(1994), seiring dengan perkembangan pesat teknologi pembelajaran tersebut,
berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran.Hal ini juga mempunyai
dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang teknologi
pembelajaran.Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan
ragam praktik teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap struktur dasar bidang studi.Kelima kawasan umum dalam
teknologi pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks masing-masing
kerja.Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan,
isi yang digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan.Teknologi
pembelajaran telah berkembang dari sekedar keterampilan menjadi profesi dan
kemudian menjadi bidang kajian.
Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi,
termasuk teknologi pendidikan harus memiliki ciri:
1)
proses untuk meningkatkan nilai
tambah (added values);
2)
menghasilkan dan memanfaatkan
produk yang bervariasi dan semakin canggih; dan
3)
interaksi proses dan produk
tersebut sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu yang lebih
luas.
Sistem pembelajaran yang
inovatif, sebagai bentuk penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil
diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem itu
antara lain adalah Sekolah Dasar PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang
tua, dan Guru) Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka, serta sistem pembelajaran
jarak jauh yang sekarang ini telah dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai
lembaga pendidikan dan latihan seperti di Lembaga Pendidikan Perbankan (LPPI),
PT Telkom, Departemen Kesehatan, Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan
Umum, dan sebagainya. Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik
pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan
oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan
AU, Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat
Bulog, dan sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi
pendidikan telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS,
UNHAS, UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, UNY dan perguruan tinggi
lainnya. Tak terhitung lagi pemanfaatannya di sekolah dasar dan menengah serta
satuan pendidikan lain. Yang terakhir ini berkembang dengan adanya siaran
televisi pendidikan.
Di Indonesia sendiri penerapan
teknologi pembelajaran baru dikenal sekitar awal tahun 1950, dengan
didirikannya Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) dan Balai Alat
Peraga Pendidikan (BAPP) di Bandung.BKTPG yang sekarang menjadi Pusat
Pengembangan Penataran Guru Tertulis (P3G Tertulis) bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan penataran kualifikasi guru dengan bahan pelajaran tertulis
dengan berpegangan pada konsep belajar mndiri.BAPP pada awal tahun 1970
diintegrasikan dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Bidang studi.
Beberapa bentuk penerapan teknologi pembelajaran
secara menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan
sistem dapat dicontohkan sebagai berikut (Miarso,2004).
1.
Proyek percontohan sistem
PAMONG (Pendidikan anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru) di kabupaten
Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974, dan disebarkan di kabupaten Malang dan
Gianyar pada tahun 1978.
2.
Pemasyarakatan P4 melalui
permainan yang diuji cobakan di kabupaten Batu, Malang.
3.
Proyek pendidikan melalui
satelit (Rural Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian
Timur (BKSPT INTIM).
4.
Program pendidikan karakter
melalui serial televise ACI (Aku Cinta Indonesia = Amit, Cici, dan Ito) =
serial televise (pendidikan) pertama (dan terakhir).
5.
Program KEJAR Paket A dan B.
6.
Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM).
7.
SLTP Terbuka.
8.
Universitas Terbuka.
9.
Sistem belajar jarak jauh yang
diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan.
10. Jaringan
sistem belajar jarak jauh (Indonesia Distance Learning Network = IDLN) dan
SEAMOLEC (SEAMEO Open Learning Center) yang berkedudukan di Pustekkom Diknas.
Program aplikasi teknologi
pembelajaran secara nasional yang semula dipublikasikan oleh Pustekkom Diknas,
sekarang ini telah menyebar, dan bahkan dapat dikatakan telah mulai melembaga.
Hal ini terjadi karena telah banyaknya tenaga yang terdidik dalam bidang
teknologi pembelajaran dan banyaknya penerapan teknologi pembelajaran yang
telah terintegrasi (imbedded) dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
Melalui proyek-proyek TKPD (Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan Dasar), TKPLS
(Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan Luar Sekolah), TKPT (Teknologi
Komunikasi untuk Pendidikan Tinggi) (Miarso, 2004).
Dalam Miarso (2004) Meskipun
program pengembangan dan penerapan teknologi pendidikan itu mempunyai tujuan
dan skala yang berbeda-beda, namun mempunyai visi umum yang sama, yaitu: terwujudnya
berbagai pola pendidikan dan pembelajaran dengan dikembangkannya aneka sumber,
proses, dan system belajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, menuju
terbentuknya masyarakat belajar dan berpengetahuan. Untuk tercapainya misi
tersebut teknologi pendidikan mempunyai misi:
1.
Melakukan pendekatan
integrative dengan semua kegiatan pembangunan di bidang pendidikan, pelatihan
dan pendidikan;
2.
Menyediakan tenaga professional
yang kompeten untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan teknologi pendidikan;
3.
Mengusahakan adanya nilai
tambah dengan digunakannya teknologi pendidikan;
4.
Menghindari gejolak negative
seperti melebarnya kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, antara
perkotaan dan pedesaan dan sebagainya;
5.
Mengembangkan pola dan system
pembelajaran yang memungkinkan keterlibtan jumlah sasaran maksimal, perluasan
pelayanan, dan pemberdayaan warga dan organisasi belajar;
6.
Menghasilkan system belajar dan
pembelajaran yang inovatif.
Rumusan ini merupakan
penyempurnaan dari misi yang dirumuskan pada tahun 1975, dan kemudian
dikukuhkan sebagai hasil Keputusan Rapat Teras Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.Berdasarkan Rencana Strategis Depdiknas tahun 2005-2009 yang
menetapkan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki SDM berkualitas sehingga
setiap warga Negara mampu meningkatkan kualitas hidup , produktivitas dan daya
saing terhadap bangsa lain di era global. Oleh karena itu pendidikan dituntut
untuk menyiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam dunia global.
Selain itu pendidikan kita juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
pokok antara lain perluasan akses pendidikan, rendahnya kualitas dan daya saing
pendidikan.
Menurut Bambang warsita (2008)
salah satu alternative pemecahan masalah pendidikan tersebut, melalui penerapan
teknologi pembelajaran, yaitu dengan mendayagunakan sumber-sumber belajar
(learning resources) yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan
pembelajaran.Dengan demikian aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam
pemecahan masalah belajar mempunyai bentuk konkret dengan adanya sumber belajar
dan juga dengan mengembangkan strategi pembelajaran yang memfasilitasi dan
memudahkan peserta didik untuk belajar.
Dalam konteks teknologi
pembelajaran sumber belajar merupakan komponen system pembelajaran yang
merupakan sumber-sumber belajar yang dirancang terlebih dahulu dalam proses
desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan dikombinasikan menjadi system
pembelajaran yang lengkap untuk mewujudkan terlaksananya proses belajar yang
bertujuan dan terkontrol (Miarso, 2004). Teknologi pembelajaran berupaya untuk
merancang, mengembangkan, mengorganisasikan, dan memanfaatkan aneka sumber
belajar sehingga dapat memudahkan atau memfasilitasi orang untuk belajar.
Berbagai sumber belajar hanya akan berdaya guna jika sudah dikelola dan
difungsikan secara maksimal dan terorganisasi dalam bentuk Learning Resources
Center (LRC) atau Pusat Sumber Belajar (PSB) di tiap sekolah, perguruan tinggi
maupun lembaga pendidikan lainnya.
Contoh-contoh aplikasi praktis TP dalam
pemecahan masalah belajar yaitu:
1. Pusat
Sumber Belajar (PSB)
Menurut AECT, sumber belajar
adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat
digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi peserta didik
(Miarso, 2004). Oleh karena itu sumber belajar adalah semua komponen
instruksional baik yang secara khusus dirancang maupun yang meburt sifatnya
dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran.Sumber belajar
meliputi pesan (message), orang (people), bahan (materials/software), alat
(devices/hardware), teknik (technique), dan lingkungan (setting).
Fred Persival dan H. Ellington (1988) dalam
Bambang Warsita (2008), PSB merupakan bentuk bangunan mulai dari yang sederhana
sampai bangunan rumit dan lengkap, yang dirancang dan diatur secara khusus
dengan tujuan menyimpan, merawat, mengembangkan, dan memanfaatkan koleksi sumber
belajar dengan berbagai bentuknya baik secara individual maupun kelompok. PSB
ini dirancang untuk memberikan kemudahan kepada peserta didik baik secara
individu maupun kelompok atau guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang
tersedia sehinga prosses belajar terjadi.
PSB disebut juga media center,
artinya suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan
pengenalan melalui produksi bahan media seperti slide, transparansi OHP,
filmstrip, video, felm, dan lain-lain. Selain itu juga memberikan pelayanan
penunjang seperti sirkulasi peralatan audio visual, penyejian program-program
video, pembuatan catalog dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar pada
perpustakaan (Ricard N. Tuker, 1979) dalam Bambang Warsita (2008).
Sedangkan menurut Irving R.
Merril dan Harold A. Drob (Bambang Warsita, 2008) PSB dipandang sebagai suatu
kegiatan yang terorganisasi yang terdiri dari direktur PSB, staf, peralatan,
dan bahan-bahan pembelajaran yang ditempatkan dalam suatu lokasi yang mempunyai
satu atau lebih fasilitas khusus untuk perencanaan, pembuatan, penyajian,
pengembangan, dan pelayanan yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran
pada suatu satuan pendidikan. Dengan demikian PSB merupakan wahana yang
memberikan fasilitas dan kemudahan pada proses pembelajaran, dimana berbagai
jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola, dan dimanfaatkan untuk membantu
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran (Sukorini, 2007)
dalam Bambang Warsita (2008).
Fungsi PSB antara lain:
1.
Fungsi pengembangan system
instruksional
2.
Fungsi pelayanan media
3.
Fungsi produksi
4.
Fungsi administrasi
5.
Fungsi pelatihan
Langkah-langkah dalam pengembangan PSB adalah:
1.
Analisis kebutuhan
2.
Pengembangan sarana dan program
3.
Implementasi
4.
Pengelolaan
Manfaat dari pengembangan PSB (Bambang Warsita,
2008) adalah:
1.
Memperluas dan meningkatkan
kesempatan belajar;
2.
Melayani kebutuhan perkembangan
informasi bagi masyarakat;
3.
Mengembangkan kreativitas dan
produktivitas tenaga pendidik dan kependidikan;
4.
Meningkatkan efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran baik individu atau kelompok;
5.
Menyediakan berbagai macam
pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas tradisional;
6.
Mendorong cara-cara belajar
baru yang paling cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran;
7.
Memberikan pelayanan dalam
perencanaan, produksi, operasional, dan tindakan lanjutan untuk pengembangan
system pembelajaran;
8.
Melaksanakan latihan bagi para
tenaga pendidik dan kependidikan mengenai pengembangan system pembelajaran dan
pemanfaatan TIK;
9.
Memajukan usaha penelitian yang
perlu tentang penggunaan media pembelajaran;
10. Menyebarkan
berbagai informasi pembelajaran yang akan membantu memajukan penggunaan
berbagai macam sumber belajar;
11. Menyediakan
pelayanan produksi bahan pembelajaran;
12. Memberikan
konsultasi untuk modifikasi dan desain fasilitas sumber belajar;
13. Membantu
dalam pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya;
14. Menyediakan
pelayanan evaluasi untuk membantu menentukan efektivitas berbagai cara/ metode
pembelajaran.
2. Strategi
Pembelajaran
Aplikasi praktis Teknologi
pembelajaran mempunyai bentuk yang konkret lainnya yaitu dengan mengembangkan
strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah pembelajaran.Strategi
pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar.
Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai
suatu cara atau seperangkat cara atau tehnik yang dilakukan dan ditempuh oleh
seorang guru atau peserta didik dalam melakukan upaya terjadinya perubahan
tingkah laku atau sikap oleh karena itu strategi pembelajaran merupakan suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995 dalam Bambang Warsita, 2008).
Menurut Bambang Warsita komponen strategi
pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a.
Urutan kegiatan pembelajaran:
memulai, menyajikan, dan menutup pelajaran pembelajaran.
b.
Metode pembelajaran: cara yang
digunakan dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik alam
mencapai tujuan pembelajaran.
c.
Media yang digunakan: segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
pembelajaran.
d.
Waktu tatap muka: alokasi waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan pembelajara dan waktu yang digunakan guru
dalam menyampaikan informasi pembelajaran.
e.
Pengelolaan kelas: serangkaian
tindakan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku peserta
didik yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku peserta didik yang tidak
diharapkan, sehingga guru dapat menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim
belajar yang kondusif.
Pemilihan strategi pembelajaran dapat
berdasarkan pada pertimbangan atau kriteria (Miarso, 2004: 532) sebagai
berikut:
a.
Tujuan
belajar
b. Materi
atau isi pelajaran
c.
Peserta
didik
d. Tenaga
kependidikan
e.
Waktu
f.
Sarana
yang dapat dimanfaatkan
g. Biaya
Adapun beberapa contoh aplikasi
teknologi pendidikan dalam meningkatkan produktivitas pendidikan dan keserasian
pendidikan diantaranya adalah melalui pembelajaran berbasis internet yang dinamakan,
perancangan dan pembuatan modul, digital library dan e-learning, Universitas
Terbuka, dan pendidikan jarak jauh.
1.
Perancangan dan pembuatan modul
pembelajaran.
Dengan adanya pembuatan modul
modul Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar
maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB
telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti
Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto
Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan
perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada pokoknya
masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu: (1) memperpendek waktu yang
diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut; (2) menyediakan
waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang dimungkinkan
untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur
2.
Digital Library dan E-learning
Pembelajaran jarak
jauh.E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara
fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja berada di Jakarta, sementara
“instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di kota lain bahkan di negara
lain. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan
tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh
perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan
mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Tugas-tugas yang
sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu
pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Dengan cara ini, jumlah
pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara
belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada
besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran
dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang
tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur.
Langkah- langkah dalam manajemen pengelolaan
program e-learning yakni:
1.
menentukan strategi yang jelas
tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya
infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang
tunai.
2.
menentukan peralatan, adanya
hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan
program e-learning yang dikembangkan di sekolah.
3.
menyiapkan bahan-bahan yang
akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta
menyiapkan short response time.
4.
Kesemuanya itu, hendaknya perlu
dipikirkan masak-masak dalam konteks investasi jangka panjang. Membudayakan
belajar berbasis TIK (Teknologi Informasi daan Komputer). Beberapa hal yang
perlu dicermati dalam menyelenggarakan program e-learning/ digital classroom
adalah guru menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa
untuk mengukur kemajuan belajar siswa, siswa mampu mengatur waktu belajar, dan
pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi media.
Manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning:
1)
Fleksibilitas. Jika
pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada
jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka
e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses pelajaran.
2)
E-learning memberikan
kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar
masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan
mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin
dipelajarinya terlebih dulu.. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu
bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami.
Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa
menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif
pada waktu-waktu tertentu.
3)
E-learning bisa memberikan
manfaat yang optimal jika beberapa kondisi berikut terpenuhi. Sebelum
memutuskan untuk mengikuti e-learning, perlu menentukan tujuan belajar,
sehingga bisa memilih topik, modul, lama belajar, biaya, dan sarana belajar
secara elektronik yang sesuai.
Adapun kendala-kendala dalam
pelaksanaan e-learning, diantaranya adalah:
1)
Terdapat kesenjangan
infrastruktur antar daerah yang maju dan tertinggal. Di satu sisi terdapat
daerah yang telah memiliki akses internet sementara di daerah lain belum masuk
listrik.
2)
Tidak semua orang bisa
memanfaatkan media ini, karena harus untuk menggunakan media ini, kita harus
mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan komputer dan mengetahui cara membuka
internet.
3)
Media ini menggunakan alat
elektronik, yang bisa dikatakan membutuhkan biaya yang cukup besar dalam
menyiapkan sarana prasarananya. Tentunya, untuk mengatasi hal tersebut baik
pemerinyah maupun pengguna berupaya untuk menyediakan dana untuk memperoleh
sarana dan prasarana tersebut untuk memenfaatkan media ini.
4)
Keterbatasan anggaran yang
dimiliki sekolah dan pemerintah untuk melengkapi infrastruktur teknologi sehingga
sangat sulit bagi sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berbasis
ICT.
5)
Tidak bisa di control
(dilakukan pengawasan) secara langsung. Terutama dalam hal evaluasi
pembelajarannya.
3.
Universitas Terbuka dan
Pendidikan Jarak Jauh.
Melalui Universitas terbuka
guru dapat memperoleh dan mengembangkan kualitas pendidikannya tanpa harus
meninggalkan tugasnya.Sistem pembelajaran UT dikelola oleh Unit Penyelenggara
Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang dibentuk kelompok-kelompok belajar
(POKJAR).Kegiatan belajar dilaksanakan dalam kelompok belajar untuk mempelajari
modul-modul yang telah disiapkan sesuai mata kuliah yang ditempuh. Guru-guru
yang bertempat tinggal di daerah dapat mengikuti tanpa harus belajar ke kota
Provinsi, dengan pokjarnya mahasiswa dibawah bimbingan tutor berdiskusi
membahas materi dalam modul. Setelah akhir semester mahasiswa mengikuti ujian
semester yang dilaksanakan oleh Universitas Tebuka yang ditangani oleh UPBJJ
terdekat.
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah
pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya
Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003) dalam Ismanita (2009).
B.
Prospek
Teknologi Pembelajaran
Teknologi pendidikan dapat
dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai
suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Meskipun demikian, ketiga
perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua
orang sesuai dengan potensinya masing-masing dengan menggunakan berbagai macam
sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta
memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar
tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Berdasarkan konsepsi teknologi
pendidikan tugas pokok ahli teknologi pendidikan itu dikategorikan sebagai
berikut, (Miarso, 2004) :
a.
Menyebarkan konsep dan aplikasi
teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar dimana saja.
b.
Merancang program dan sistem
instruksional
c.
Memproduksi media pendidikan
d.
Memilih dan memanfaatkan media
pendidikan
e.
Memilih dan memanfaatkan
berbagai sumber belajar
f.
Mengelola kegiatan belajar dan
instruksional yang kreatif
g.
Memperhatikan perkembangan
teknologi dan dampaknya dalam pendidikan
h.
Mengelola organisasi dan personel
yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan
i.
Merencanakan, melaksanakan dan
menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan
dengan teknologi pendidikan.
j.
Penyusunan rumusan kebijakan
dalam bidang teknologi pembelajaran
Peluang pekerjaan para teknolog
pendidikan biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan dari lingkungan kerja
tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga tersebut.Seal dan
Glasgow dalam Barbara Seels (1994), menguraikan pangsa pasar kerja dengan membedakan
dua peran yaitu peneliti dan praktisi.Lingkup teknologi pendidikan yang sangat
luas tidak memungkinkan seseorang untuk menguasai keahlian dalam setiap
kegiatan dalam kawasan.Keadaan ini berlaku bagi peneliti maupun
praktisi.Kebanyakan teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut
keahlian khusus dalam satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan
teknologi tertentu atau pemanfaatan media.
Dalam konsep tenaga profesi
teknologi pendidikan yang saat ini sedang diusulkan pengakuannya oleh
pemerintah, dikenal perjenjangan.Usulan jabatan fungsional Pengembang Teknologi
Pendidikan menjabarkan peringkat profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten
Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan
Utama.Perjenjangan ini dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.
C. Kecenderungan
dan Permasalahan
Salah satu esensi dari proses
pendidikan tidak lain adalah penyajian informasi. Dalam menyajikan informasi,
haruslah komunikatif. Dalam komunikasi pada umumnya, demikian pula dalam
pendidikan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan
yakni yang bermakna, dalam arti :
1)
secara ekonomis menguntungkan.
2)
secara teknis memungkinkan
dapat dilaksanakan,
3)
secara sosial-psikologis dapat
diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada,
4)
sesuai atau sejalan dengan
kebijaksanaan/tuntutan perkembangan yang ada.
Konsep “bermakna” ini penting
bagi keberhasilan penyebarluasan informasi yang dapat diserap dan dilaksanakan
sasaran/peserta didik. Karena itu, komunikasi adalah saling pertukaran
simbol-simbol yang bermakna, yakni :
1)
kita tidak dapat saling
bertukar makna
2)
kita hanya secara fisik
bertukar symbol
3)
komunikasi tidak akan terjadi,
kecuali kita berbagi makna untuk simbol-simbol tertentu.
Dalam memberikan/menyampaikan
informasi kepada orang lain (misalnya kepada peserta didik), bukan informasi
yang kita ketahui yang disampaikan, tetapi yang kita sampaikan adalah informasi
yang benar-benar bermakna dan dibutuhkan sasaran. Informasi yang dibutuhkan dan
bermakna adalah informasi yang mampu membantu/mempercepat pengambilan keputusan
untuk terjadinya perubahan perilaku yang dikehendaki.Untuk itulah maka,
pemilihan informasi harus benar-benar selektif dengan mempertimbangkan jenis
teknologi mana yang tepat dipilih sebagai medianya.
Sejarah, kini dengan berkembangnya komputer dan
sistim informasi modern, kembali menawarkan pencerahan baru (dikutip dari http://umitp08.blogspot.com/search/label/Makalah).
Revolusi teknologi informasi
menjanjikan struktur interaksi kemanusiaan yang lebih baik, lebih adil, dan
lebih efisien. Dalam dunia pendidikan, revolusi informasi akan mempengaruhi
jenis pilihan teknologi dalam pendidikan, bahkan, revolusi ini secara pasti
akan merasuki semua aspek kehidupan (termasuk pendidikan). Inilah yang
merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu.Siapkah lembaga
pendidikan kita menyambutnya?Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur
dalam sistim pendidikan agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh
perkembangan tersebut.Melalui penerapan dan pemilihan yang tepat teknologi
informasi (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang
berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terusmenerus secara
konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki
secara terus menerus dunia pendidikan.
Adanya revolusi informasi dapat
menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap
menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga
pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis
teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.
Bagi lingkungan lembaga kependidikan, penerapan teknologi dalam pendidikan di
era global informasi tidak lain adalah bentuk aplikasi jenis-jenis teknologi
informasi mutakhir dalam praktek pendidikan. Proses belajar mengajar yang
menerapkan teknologi informasi mutakhir dapat berupa penggunaan media
elektronik seperti radio, TV, internet dan sistem jaringan komputer, serta
bentuk-bentuk teledukasi lainnya. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi
teknologi dalam pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai
kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Aplikasi teknologi pembelajaran
adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi
pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks.Teknologi pendidikan dapat
dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai
suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Ketiga perspektif itu
berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai
dengan potensinya masing-masing dengan menggunakan berbagai macam sumber
belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan
keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai
masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Adanya revolusi informasi dapat menjadi
tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan.
Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan
mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi
informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.
B.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi pembelajaran,
Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Miarso,
Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Salma
P. Dewi & Siregar Eveline, (2004). Mozaik Teknologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Seels,
Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK
UNJ
Hasbi,
Afrizal. Aplikasi teknologi pendidikan dalam Meningkatkan produktivitas
Pendidikan.Makalah. http://blog.unsri.ac.id/afrizalhasbi/aplikasi-teknologi-pendidikan/sr/3415/
Surtama,
Kadek. 2009. Aplikasi dan Prospek Teknologi Pendidikan. Makalah.http://tpers.net/2009/12/1548/15/11/11
Ismanita.
2009. Aplikasi teknologi Pendidikan terhadap Keserasian Pendidikan.
Makalah.http://ismanita.wordpress.com/2009/12/07/aplikasi-teknolog pendidikan-terhadap-keserasian-pendidikan/