Hubungan dengan
Lembaga Sosialisasi
Materi Kuliah : Prof. Dr. Sihabudin, M.Si
Melembagakan Hubungan
}
Sifat pertama dari lembaga sosial
adalah tingkat formalitas/melembagakan hubungan. Caranya menyelidiki sifat
dasar peraturan sampai perannya terhadap hubungan interpersonal
}
Tujuan: pelatihan dan perhatian
terhadap anak supaya menjadi anggota masyarakat yang pantas.
}
Fungsi utama: menghasilkan sikap
dan perilaku tertentu.
Kekuatan & Pendukung dalam Hubungan
}
Aspek lain dari hubungan dengan
lembaga sosialisasi yaitu diarahkan pada kualitas. Dua dimensi utama yang
menggambarkan hubungan adalah kekuatan & perasaan.
}
Kekuatan sosialisasi orang tua menggunakan kekuasaan/wewenang ><
serba membolehkan, demokratis.
}
Perasaan (afectivity) menunjukkan tingkat hubungan perasaan antara
orang tua dengan anak. Perasaan bergerak menurut arahan/bimbingan dari positif
ke negatif, cinta ke benci.
}
Berkaitan dengan proses belajar, Brim mengemukakan perlunya resosialisasi
untuk mengontrol perilaku-perilaku menyimpang dalam proses sosialisasi. Dalam
melakukan resosialisasi yang harus dilakukan adalah menganalisis mengenai
tipe-tipe perilaku yang menyimpang.
Tipe-tipe
penyimpangan
}
Ada 6 tipe penyimpangan berkaitan dengan kegagalan proses sosialisasi
(ilustrasi: harapan orang tua terhadap pencapaian akademis anaknya)
1. Anak yang tidak peduli akan perilaku yang
diharapkan orang tuanya (si anak tahu bahwa ia dituntut untuk mendapat nilai
yang baik, tetapi anak belum memahami arti penting belajar keras)
2.
Pelaku anak yang tidak peduli terhadap tujuan akhir yang harus di
capai (si anak menyesuaikan perilaku
terhadap harapan orang tua untuk belajar keras, karena anak takut terhadap
kritikan orang tua).
- Si anak menyimpang karena
ketidakmampuannya untuk menyesuaikan diri (ketidakmampuan si anak karena
kondisi fisik yang lemah).
- Ketidakmampuan merupakan penyimpangan
nilai-nilai (si anak mungkin belajar keras sekedar untuk menghindari
kritikan dari orang tua, bukan untuk diterima di Perguruan Tinggi. Adanya
ketidakmampuan mengejar nilai).
- Penyimpangan diwujudkan dalam perilaku
( si anak mengejar nilai yang tinggi, tetapi melalui cara-cara menyimpang,
misalnya menyontek).
- Kurangnya motivasi pada perolehan
nilai-nilai yang layak. Seseorang yang berperilaku dengan cara yang benar
tetapi untuk alasan yang salah ( si anak mungkin belajar keras tetapi
menolak tujuan tertentu yang telah di tetapkan orang tuanya. Tidak
termotivasi terhadap tujuannya).
Terima kasih Atas perhatiannya