MAKALAH
KAWASAN PENILAIAN
DALAM TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
1.
MAMAD
2.
MAMAT RAHMAT
3.
AINA MULYANA
4.
DIDIN SAEHUDIN AHMAD
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kita ingin mengetahui
hasil dari suatu kegiatan pembelajaran yang kita lakukan. Kita juga ingin
mengetahui baik-buruknya proses pembelajaran yang kita laksanakan.
-
Apakah tujuan
yang dirumuskan sudah tercapai?
-
Apakah aktivitas
yang dilakukan telah berhasil mencapai sasaran?
-
Apakah prosedur
kerja yang dilakukan sudah tepat?
-
Apakah sumber
daya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai
tujuan?
-
Apakah elemen
pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik?
Untuk menjawab semua
persoalan tersebut perlu adanya penilaian.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas
:
1. Definisi
dan jenis penilaian.
2. Sub-kawasan
penilaian (analisis masalah, pengukuran acuan patokan, penilaian formatif, dan
penilaian sumatif).
3. Kecenderungan
dan permasalahan penilaian.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kronologis
-
Ralph Tyler (1930-an)
mencetuskan gagasan tentang penilaian.
-
Robert Mager
(1962) menggunakan pembelajaran terprogram sebagai pengantar penulisan tujuan
yang terukur.
-
Bloom (1956) dan
Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) penyusunan taksonomi pendidikan.
-
Gagne (1965)
klasifikasi belajar.
-
Stufflebeam
(1969) mengemukakan empat jenis penilaian, yaitu contex, input, process, dan product (CIPP). Keempat unsure dalam model CIPP memberikan
informasi yang masing-masing berhubungan dengan analisis kebutuhan, keputusan
desain tentang isi dan strategi, petunjuk pelaksanaan, dan hasil penilaian.
-
Roger Kaufman
(1972) memberikan kerangka gagasan untuk menganalisis kesesuaian tujuan
pembelajaran. Lingkup penilaian mencakup penelusuran kebutuhan (needassessment).
-
Scriven (1980)
menegaskan bahwa meskipun penilaian merupakan proses untuk menentukan kebaikan,
manfaat atau nilai dari suatu proses atau produk, dan oleh karena itu penilaian
merupakan proses penelitian, namun tujuan dari penilaian pendidikan berbeda
dari tujuan penelitian pendidikan yang lain. Tujuan penilaian ialah membantu
pengambilan keputusan yang tepat, bukannya untuk menguji hipotesa.
Penelitian
tradisional
|
Penelitian
penilaian
|
Tujuannya
untuk peningkatan ilmu
|
Tujuannya ialah mendapatkan data
untuk pengambilan keputusan memperbaiki, memperluas, atau menghentikan suatu
proyek, program atau produk.
|
Kurang memperhatikan waktu dan
situasi tertentu karena ingin menemukan prinsip-prinsip yang berlaku lebih
umum.
|
Objek yang sedang dinilai
seringkali berupa program atau proyek tertentu dalam suatu konteks tertentu.
Perhatian untuk menggeneralisasikan temua bagi populasi yang lebih luas jauh
lebih kecil.
|
-
Walaupun secara
historis kedua penelitian tersebut mempunyai sumber yang sama dan mempunyai
banyak persamaan dalam karakteristik dan proses, namun pelaksanaan dalam
praktek sangatlah berbeda.
B. Pengertian
1. Pengukuran,
penilaian, dan evaluasi
a. Pengukuran
-
Menurut Arikunto
dan Nurkancana (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 191)pengukuranmerupakan proses penentuan kuantitas sesuatu melalui
membandingkan dengan satuan ukuran tertentu.
-
Nurkancana dan
Sumartana (1986) yang membahas pendapat Wand dan Brown, pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas
atau kuantitas pada sesuatu.
-
Sudrajat
(Aunurrahman, 2009 : 207) menyatakan bahwa pengukuran
adalah proses pemerian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu
tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
b. Penilaian
-
Menurut Arikunto
dan Nurkancana (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 191) penilaian merupakan proses perbuatan keputusan terhadap sesuatu
ukuran baik-buruk bersifat kualitatif.
-
Sudrajat
(Aunurrahman, 2009 : 207) menyatakan bahwa penilaian adalah penerapan berbagai
cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana proses penilaian peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta
didik.
-
Menurut Seels
dan Richey (1994 : 59) penilaian ialah suatu proses penentuan memadai tidaknya
pembelajaran dan belajar. Penilaian dimulai dengan analisis masalah.
-
Menurut Worthen
dan Sanders (Seels dan Richey, 1994 : 59) dalam pendidikan, penilaian berarti
penentuan secara formal mengenai kualitas, efektivitas atau nilai dari suatu
program, produk, proyek, proses, tujuan, atau kurikulum. Penilaian menggunakan
metode inkuiri dan pertimbangan (1) penentuan standar untuk mempertimbangkan
kualitas, dan menentukan apakah standar tersebut harus bersifat relatif atau
absolut; (2) pengumpulan informasi; dan (3) menerapkan penggunaan standar untuk
menentukan kualitas.
-
Menurut
Depdiknas (2006) penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka,
deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
-
Penilaian kelas
adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru melalui
sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil
belajar/kompetensi siswa (Depdiknas, 2006).
c. Evaluasi
-
Menurut Davies
(Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 191) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses
sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan,
keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain.
-
Wand dan Brown
(Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 191) menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
-
Nana Sudjana
(Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 191) menyatakan bahwa evaluasi merupakan batasan
sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
-
Nurkancana dan
Sumartana (Aunurrahman, 2009 : 207) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu.
2. Jenis
Penilaian
Komisi Gabungan Standar Penilaian
Pendidikan (The Joint Committee on
Standars for Educational Evaluation) tahun 1981(Seels dan Richey, 1994 :
59) memberikan definisi untuk tiga jenis penilaian sebagai berikut :
a. Penilaian
program – evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang
memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam
penyusunan kurikulum.
b. Penilaian proyek
– evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna melakukan
suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu.
c. Penilaian bahan
(produk pembelajaran) – evaluasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi yang
menyangkut benda-benda fisik, termasuk buku, film, pita rekaman, dan produk
pembelajaran lainnya yang dapat dipegang.
Sedangkan
menurut Depdiknas (2006) teknik penilaianmeliputi:
a. Penilaian
unjuk kerjamerupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu.pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi (unjuk kerja,
tingkah laku, interaksi).
b. Penilaian
sikap–Sikap bermula dari perasaan
(suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.
Sikap meliputi :
-
Sikap terhadap materi pelajaran.
-
Sikap terhadap guru/pengajar.
-
Sikap terhadap proses pembelajaran.
-
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan
dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan
c.
Penilaian
tertulis - penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis.
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
d. Penilaian
proyek–penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan yang harus
selesai dalam waktu tertentu.
e. Penilaian
produk– penilaian terhadap kemampuan membuat produk teknologi dan seni. Penilaian produk
adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
f. Penilaian
portofoliomerupakan penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
g. Penilaian
diriadalah suatu teknik penilaian
di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan
status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya.
Manfaat Penilaian Kelas
a.
Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan
setelah proses pembelajaran berlangsung.
b.
Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c.
Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan
belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
d.
Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
e.
Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada
guru.
f.
Untuk memberikan
informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.
Fungsi Penilaian Kelas
a.
Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi.
b.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan (sebagai bimbingan).
c.
Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru
menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
d.
Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran
yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
e.
Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.
Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
a.Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai
dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
b.Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan)
hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg)
memungkinkan perbandingan yang reliable
dan menjamin konsistensi.
c. Menyeluruh
Penilaian
harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada
setiap kompetensi dasar.
Penilaian dilakukan secara terencana,
bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi
peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
e.
Obyektif
Penilaian
harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana,
dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pemberian skor.
f. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan
membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
C. Sub
Kawasan Penilaian
1. Analisis
Masalah
Analisis masalah mencakup cara
penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan
informasi dan pengambilan. Kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan,
penentuan sejauh mana masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran,
identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pemelajar, serta penentuan
tujuan dan prioritas (Seels dan Glassgow, 1990).Kebutuhan yang dimaksud telah
dirumuskan sebagai “jurang antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”
dalam pengertian hasil (Kaufman, 1972).Sedangkan penilaian kebutuhan adalah
suatu studi yang sistematis mengenai kebutuhan itu. Analisis kebutuhan diadakan
untuk melaksanakan penilaian dan mempertahankan saat proses berjalan untuk
perencanaan yang lebih memadai.
2. Pengukuran
Beracuan Patokan/Kriteria
Pengukuran
beracuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pemelajar
menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya.PAP disebut juga acuan isi,
acuan tujuan, atau acuan kawasan.Acuan kriteria tentang cukup dan tidaknya
hasil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pemelajar telah mencapai tujuan.PAP
juga memberikan informasi penguasaan seseorang tentang pengetahuan, sikap, atau
keterampilan yang berkaitan dengan tujuan.Pencapaian kemampuan penguasaan
ditentukan oleh skor minimal. Jika mencapai skor tersebut, maka dinyatakan
lulus atau tuntas. Pada proses pembelajaran pengukuran acuan patokan
diberitahukan kepada peserta didik, sejauh mana mereka dapat mencapai standar
yang ditentukan. Pendapat Seels dan Glassgow (1990) pengukuran acuan patokan
dapat dipakai untuk menentukan apakah tujuan utama telah dicapai.Prestasi
kemampuan peserta didik tidak
dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki
sebelumnya dan patokan yang ditetapkan (Depdiknas, 2006).
3. Penilaian
formatif
Penilaian
formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya(Seels dan
Richey, 1994 : 62).Menurut Michael Scriven (1967) penilaian formatif
dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program atau produk (atau
orang dan sebagainya). Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam
lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern, akan tetapi penilaian ini
dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam atau luar, atau lebih baik lagi
kombinasi (gabungan).
4. Penilaian
sumatif
Penilaian sumatif berkaitan dengan
pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam
pemanfaatan (Seels dan Richey, 1994 : 62). Menurut Michael Scriven (1967)
penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar
atau para pengambil keputusan (lembaga penyandang dana, atau calon pengguna)
walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam atau evaluator
gabungan.
D. Kecenderungan
dan Permasalahan
Penilaian
kebutuhan dan jenis front-end-analysis
semula berorientasi terutama pada perilaku dengan menitik-beratkan pada data
kinerja dan penjabaran materi atau isi jadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Akan tetapi penekanan pada proses konteks belajar yang sekarang memberi
orientasi kognitif, kadang-kadang orientasi konstruktivis pada proses penilaian
kebutuhan. Perhatian pada konteks jelas terlihat pada gerakan teknologi
kinerja, teori belajar situasional, daripada pendekatan yang lebih sistemik
terhadap desain (Richey, 1993).
Tahap penilaian
kebutuhan banyak yang memberikan rekomendasi agar tahap penilaian kebutuhan
tugasnya diperluas. Tidak hanya berkonsentrasi pada isi, melainkan ditambah
dengan penekanan baru pada analisis pemelajar, lingkungan, dan organisasi
(Richey, 1992 ; Tessmer dan Harris, 1992).
Gerakan
perbaikan kualitas juga mempengaruhi kawasan penilaian.Pengendalian kualitas
memerlukan penilaian yang berkelanjutan, termasuk perluasan siklus di luar
penilaian sumatif.Penilaian konfirmatif
(Misanchuk, 1978) merupakan langkah logis berikutnya dalam siklus ini.Menurut
Helebranndt dan Russell, mengemukakan bahwa penilaian konfirmatif dari bahan
belajar dan pemelajar melengkapi siklus pentahapan penilaian untuk menjaga
standar kinerja dari suatu sistem pembelajaran.
Selang beberapa waktu
setelah penilaian formatif dan sumatif, satu team evaluator tidak berpihak atau
netral menggunakan alat seperti daftar isian, skalam penilaian, dan tes untuk
menjawab dua buah pertanyaan fundamental.Pertama,
apakah bahan masih memenuhi tujuan semula.Kedua,
apakah kemampuan pemelajar masih tetap.
Peneliti juga
meneliti kembali teknik pengukuran acuan patokan.Baker dan O’Neil (1985)
mempelajari secara mendalam permasalahan penilaian hasil pembelajaran termasuk
arah baru untuk pengukuran acuan patokan.Mereka mengajukan model untuk
diterapkan pada teknologi baru dengan memperhitungkan tujuan, intervensi,
konteks, dasar informasi, dan alur balikan.
Pengukuran untuk
mengukur tujuan kognitif tingkat tinggi, tujuan afektif, dan tujuan psikomotor
dilakukan dengan penelitian pengaukuran acuan patokan yang berazaskan
komputer.Demikian juga untuk pengukuran kualitatif portofolio, studi kasus, dan
presentasi rekaman pita.
Ilmu pengetahuan
kognitif akan tetap mempengaruhi kawasan ini dalam pengertian pendekatan yang
lebih baru untuk cara mendiagnosis (Tenysonn, 1990).Penggunaan teknologi baru
menimbulkan masalah baru, menuntut teknik dan metode baru.Sebagai contoh
penilaian proyek belajar jarak jauh.Proyek ini cenderung dinilai
dangkal.Penting diingat bahwa evaluasi belajar jarak jauh mencakup beberapa
aspek, yaitu ketenagaan, fasilitas, peralatan, bahan, dan pemrograman (Clark,
1989 dan Morhous, 1987).Reeves (1992) menyarankan eksperimentasi formatif
dengan menggunakan pendekatan coba-coba skala kecil untuk mempelajari suatu
variabel dalam konteks kehidupan yang sesungguhnya.
Tessmer (1993)
mengusulkan suatu model penilaian formatif yang mengakomodasi suatu pendekatan
kebutuhan yang berlapis. Eastmont (1991) menyajikan 100 skenario mengenai dilema
yang akan dihadapi seorang evaluator pada tahun 2010. Menurut skenario tersebut
peran evaluator mempertanyakan data yang dikumpulkan melalui alat pengolahan
data yang canggih. Deuchastl (1987) menyarankan prosedur triangulasi – check and balance sebagai alat
pengontrol data yang dikumpulkan untuk menilai perangkat lunak. Jadi review produk, prosedur daftar isian
atau check list, observasi terhadap
pengguna, dan penilaian data yang objektif digunakan secara bersamaan untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang perangkat lunak tersebut.
Pendekatan ini mendukung kecenderungan ke arah kombinasi teknik pengumpulan
data kuantitatif dan kualitatif (Seels, 1993).
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penilaian
ialah suatu proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Di
dalam pendidikan, penilaian berarti penentuan secara formal mengenai kualitas,
efektivitas atau nilai dari suatu program, produk, proyek, proses, tujuan, atau
kurikulum.
2. Kawasan
penilaian dalam teknologi pembelajaran meliputi sub kawasan analisis masalah,
pengukuran acuan patokan, penilaian formatif, dan penilaian sumatif.
3. Kecenderungan
dan permasalahan penilaian dalam teknologi pembelajaran mengarah kepada
penggunaan teknologi baru yang lebih canggih.
B. Saran
Para
pemangku kepentingan (stakeholders)
di bidang pendidikan diharapkan lebih peduli dalam mendukung penilaian
pendidikan yang lebih baik.
Daftar
Pustaka
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.
Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta. Pusat Kurikulum.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Rineka Cipta.
Seels,
Barbara B. dan Richey, Rita C. 1994.Teknologi
Pembelajaran Definisi dan
Kawasannya.Seri Pustaka
Teknologi Pendidikan No. 12. Jakarta. Unit
Percetakan UNJ.