SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Mata
Kuliah
Landasan
dan Konsep Teknologi Pembelajaran
(Prof.
Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd)
Oleh
:
KELOMPOK
I
1. Mohamad Hazairin NIM : 2321110097
2. Syamsudin NIM :
2321110165
3. Pata Radesawati NIM : 2321110120
4. Neneng Alawiyah NIM :
2321110110
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini
pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi alasan utama
pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga
kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat
tergantung dari keberhasilan proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi
dari komponen-komponen pendidikan baik kurikulum tenaga kependidikan, sarana
prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan
lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya. Proses belajar
mengajar sebagai sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu di
antaranya adalah guru yang merupakan pelaksana utama pendidikan di lapangan.
Kualitas guru baik kualitas akademik maupun non akademik juga ikut mempengaruhi
kualitas pembelajaran.
Faktor
lainnya yang tak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka mengupayakan peningkatan
kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik
terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya
pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet. Ini di satu pihak,
sedangkan di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa sumber belajar dan sarana
pembelajaran yang telah dibakukan, diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah
belum didayagunakan secara optimal oleh guru, pelatih dan instruktur.
Untuk
mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat
komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber
belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran
di sekolah belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar
tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya
sehingga pembelajaran berkesan teacher centris.
Teknologi
pembelajaran telah berkembang dan muncul sebagai bidang studi tersendiri dengan
melalui berbagai penelitian dan praktek-praktek pembelajaran. Kegiatan yang
dicakup dalam teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengolaan, dan penilaian. Masing-masing kawasan ini telah
didefinisikan dan di bahas dalam bab tedahulu.
Rentang
kawasan dalam bidang ini merefleksikan sifatnya eklektik. Unsur-unsur penelitian,
teori, dan praktek dari bidang studi yang berkaitan telah bertemu dalam
teknologi pembelajaran dalam proses adopsi dan adaptasi. Karena dirasakan
adanya pengaruh-pengaruh baru. Pengaruh itu pada umumnya mendominasi selama
beberapa waktu dan kemudian berbaur dalam paradigma yang ada, bahkan ketika orientasinya
menjadi kurang dominan, pengaruh itu tidak hilang sepenuhnya baik dalam pikiran
maupun dalam praktek. Tetapi, integrasi konsep-konsep baru terjadi dalam
merefleksikan dampaknya pada konteks bidang studi itu secara social dan
teknologi secara lebih luas.
B.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Memahami pengertian sumber
belajar.
2. Mengetahui perkembangan historis
teknologi pembelajaran.
- Mengetahui sumber-sumber utama yang
mempengaruhi teknologi pembelajaran.
- Mengetahui pengaruh penelitian dan teori
terhadap teknologi pembelajaran.
- Mengetahui cangkupan yang tedapat dalam
teknologi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sumber Belajar Menurut Para Ahli
Sumber
belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik
secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sumber
belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994).
Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan
dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber
belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh pemelajar agar
terjadi prilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu
mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar
yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
Ungkapan
ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian banyaknya
sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga
diperkuat oleh suatu hasil penelitian para dosen IKIP Semarang mengenai
kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa banyak sumber belajar diperpustakaan
yang belum dikenal dan belum diketahui penggunaannya. Keadaan ini diperparah
pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran
guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.
Indikator
pertama bahwa sebuah bidang studi itu ada adalah munculnya pendidikan visual
yang berlanjut dengan pendidikan audiovisual sebagai konsep. Buku-buku yang
terdahulu ditulis oleh Hoban, Hoban dan Zisman(1937) dan Dale(1946), yang
ditunjang dengan pemanfaatan media secara intensif dan besar-besaran di Amerika
Serikat untuk pelatihan militer pada masa perang Dunia II, mengarahkan
pada legimitasi bidang studi teknologi pembelajaran. Peristiwa-peristiwa di
belahan bumi yang lain juga mengangkat pentingnya media. Misalnya, di Kanada,
Badan Film Nasional, salah satu agen produksi film dokumenter, didirikan pada
tahun 1939.
Temuan-temuan
penelitian Wood dan Freeman (1929), Knowiton dan Tilton (1929) dan Carpenter
dan Greenhil (1956) mengkonfirmasi nilai media dalam proses pembelajaran dan
belajar yang membantu menetapkan bidang studi. Pada masa kemudian, Fleming dan
Levie(1976; 1993) meringkas penelitian media dan penelitian psikologi terdahulu
dan menyajikan sintesisnya sebagai petunjuk untuk rancangan pesan.
Bersamaan
dengan pengenalan dan perkembangan media pembelajaran sebagai wilayah kajian,
konsep ilmu pengetahuan pembelajaran mengalami evolusi. Para psikolog
pembelajaran memberikan landasan teoritis yang memfokuskan pada
variable-variabel yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran. Menurut para
pioner terdahulu dalam bidang itu, hakikat pembelajaran dan hakikat proses
belajar itu sendiri lebih penting dari pada hakikat metodologi penyampaiannya.
Sebagian
spesialisasi audiovisual terdahulu mengacu pada karya Watson, Thorndike,
Ghuthrine, Tolman, Hult. Tetapi belum sampai muncul karya Skinner (1954)
mengenai mesin pembelajaran dan belajar pemrogaman, para profesional dalam
bidang itu sudah merasa bahwa mereka memiliki landasan psikologis. Karya
Skinner dalam psikologi behavioral, yang dipopulerkan oleh Mager (1962),
membawa rasional yang lebih disegani dalam bidang itu. Lumsdaine dan Gleser
(1960), dan Lumsdaine (1964) memberikan ilustrasi mengenai hubungan psikologi
behavioral dengan bidang studi itu, dan Wiman dan Meirhenry (1969) menyunting
karya utama yang meringkas hubungan psikologi belajar dengan munculnya bidang
teknologi pembelajaran. Bruner (1966), Glaser (1965), dan Gagne (1965; 1989)
memperkenalkan konsep-konsep baru yang kemudian mengarah pada partisipasi para
psikolog kognitif yang secara luas. Dewasa ini, teknologi pembelajaran tidak
saja yakin dengan pentingnya berbagai aspek pemrosesan informasi secara
kognitif, tetapi juga memberikan penekanan baru padaperanan konteks
pembelajaran dan persepsi pembelajar secara individual.
Mungkin
salah satu perubahan yang paling menonjol dalam teknologi pembelajaran adalah
perluasan arena tempat dan wilayah bidang studi. Meskipun bidang studi ini
bermula dari pendidikan dasar dan menengah, bidang studi ini kemudian
dipengaruhi oleh pelatihan militer, pendidikan orang dewasa, pendidikan pasca
sekolah menengah, dan kebanyakan kegiatan-kegiatan dalam wilayah kajian yang
melibatkan pelatihan karyawan sektor swasta . Oleh karena itu, dalam perkembangannya
sekarang, terdapat peningkatan konsentrasi dan isu-isu yang berhubungan dengan
perubahan organisasi, perbaikan performasi, dan cost benefet .
Prinsip-prinsip,
produk-produk, dan prosedur-prosedur yang dihasilkan teknologi pembelajaran
terus berfungsi vital untuk meningkatkan efektivitas sekolah, khususnya dalam
restrukturiasi sekolah. Tetapi, banyak teknologi pembelajaran merasa bahwa
mereka tidak terlibat secara khusus dalam lingkungan sekolah, dan konsep-konsep
mereka pun tidak di perlukan secara khusus. Tetapi teknologi baru dan
metodologi penyampaian baru memberikan cara –cara memenuhi kebutuhan khusus
pembelajaran dan sekolah. Sebuah contoh fenomena ini ialah munculnya peran
pendidikan jarak jauh dari semua tingkat pendidikan, dari tingkat dasar sampai
pada pengembangan staf pengajar dan pelatihan karyawan.
Teknologi
pembelajaran, khususnya prosedur rancangan pembelajaran, menjadi semakin lazim
di dalam pendidikan dan latihan perawatan kesehatan, dan lingkungan diluar
pendidikan formal. Masing-masing konteks pembelajaran ini menghendaki keragaman
kebutuhan pebelajar menurut usia dan minat mereka dalam kebutuhan organisasi
dengan keragaman tujuannya. Lingkungan yang beragam ini biasa menjadi
laboratorium eksperimentasi untuk pemanfaatan teknologi baru. Konteks teknologi
pembelajaran yang beragam juga memungkinkan adanya nilai dan sikap personal dan
organisasi secara lebih luas. Budaya, karakteristik masyarakat yang berbeda,
dapat menciptakan masalah baru maupun kemungkinan yang mengarah pada
pertumbuhan dan perkembangan dalam teknologi pembelajaran.
C.
Sumber-Sumber Utama yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran dapat dipandang sebagai bidang yang berhubungan dengan aplikasi,
meskipun prinsip dan prosedurnya berorientasi teori. Kawasan dalam bidang studi
ini mengalami evolusi melalui penelitian, pengalaman praktis, pengaruh nilai
dan kompetensi, dan khususnya pengalaman teknologi yang digunakan dalam
pembelajaran.Tetapi, dasar pengetahuan profesi itu di pahami dan digunakan dari
etos khusus yang mendominasi mereka yang menamakan kelompok teknologi
pembelajaran. Setiap ranah teknologi pembelajaran dibentuk oleh:
·
Landasan penelitian dan teorinya
·
Nilai dan prespektif yang di yakininya, dan
·
Kemampuan teknologi itu sendiri
D.
Pengaruh Penelitian dan Teori terhadap Teknologi Pembelajaran.
Tinjauan
Teknologi
pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari beberapa bidang kajian. Akar
teori ini dapat di temukan dalam berbagai disiplin ilmu lainnya, termasuk :
·
Psikologi
·
Rekayasa
·
Komunikasi
·
Ilmu Komputer
·
Bisnis
·
Pendidikan secara umum
Model yang
paling berpengaruh mendeskripsikan prosedur adalah desain pembelajaran.
Ditinjau dari sudut metodologis, penelitian teknologi pembelajaran bersifat eklektik.
Driscoll (1985) mengemukakan bahwa pemanfaatan berbagai paradigma penelitian
merupakan ciri umum pengetahuan yang sedang berkembang, dan oleh karena itu
sangat ideal untuk diterapkan dalam penelitian system pembelajaran. Akibatnya
dasar penelitian dalam bidang studi itu tidak saja menggunakan metode
penelitian kuantitatif tradisional, tetapi juga variasi paradigma alternative,
sepeti etnografi, penelitian perkembangan dan penelitian (developmental
and evaluation research), dan penelitian efektifitas biaya (cost-effectivenees
studies).
Seksi
berikut ini mencoba menyimpulkan kontribusi spesifik dan pengaruh penelitian
dan teori terhadap kawasan-kawasan Teknologi Pembelajaran. Disini tidak ada
maksud untuk memaparkan dasar teori dan penelitian untuk tiap kawasan.(Pada Bab
Dua untuk diskusi yang berhubungan dengan masing-masing kawasan).
Gambar 1
Hubungan Antara Beberapa Landasan
Teori
Teknologi Pembelajaran dengan Kawasan
Dalam Bidang
DESAIN
Sistem Umum
Belajar
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Kurikulum
|
PENGEMBANGAN
Komunikasi
Berpikir
Visual
Belajar VIsual
Komunikasi Visual
Etika
|
PEMANFAATAN
Pemanfaatan Ilmu
Kurikulum
Teori Umum Sistem
Perubahan
Pengembangan
Organisasi
|
PENGELOLAAN
Managemen Umum
Komunikasi
Motivasi
Ekonomi
|
PENILAIAN
Belajar Keperilakuan
Belajar Kognitif
Pengukuran
Umum
|
TEORI
|
Gambar 1, menunjukan beberapa hubungan diantara dasar teori dan kawasan
bidang. Gambar ini tidak dimaksudkan sebagai gambaran yang lengkap mengenai
teori-teori yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran, akan tetapi setidaknya
menunjukan teori-teori yang mendukung bidang ini dan ketumpangtindihan antar
kawasan.
Gambar 2
Hubungan Antara Beberapa
Penelitian
Teknologi Pembelajaran dengan
Kawasan dalam Bidang
PENGEMBANGAN
Media
Desain Teks
Belajar
Visual
|
PENILAIAN
Analisis Manfaat Biaya
Penelusuran Kebutuhan
Evaluasi Produk
|
PENGELOLAAN
Meramal
Kecenderungan
Efektifitas Biaya
Produktifitas
|
PEMANFAATAN
Adopsi inovasi
Dampak Konstektual
Pemasaran
|
DESAIN
Karakteristik Pebelajar
Strategi Pembelajaran
Interaksi Perlakuan Bakat
Desain Pesan
|
PENELITIAN
|
Gambar 2, menyajikan hubungan antara penelitian dengan kawasan-kawasan
Teknologi Pembelajaran.
Dari kedua
gambar tersebut menyimpulkan kontribusi spesifik dan pengaruh penelitian dan
teori terhadap kawasan-kawasan teknologi pembelajaran. Tidak ada maksud untuk
memaparkan dasar teori dan penelitian untuk tiap kawasan disini.
E.
Cangkupan yang terdapat dalam Teknologi Pembelajaran
1. Desain
Sebuah pijakan desain pembelajaran
didukung oleh penelitian. Meskipun perspektif desain alternatif telah muncul, semua
dukungan penelitian itu dipandu oleh profil teoritis yang jelas, yakni ada alur
pikiran yang memberikan arah pada teknologi pembelajaran. Teori-teori itu akan
dibahas berikut ini.
Teori
Sistem Umum
Teori sistem umum (general
systems teory) telah diaplikasikan dalam bidang studi itu melalui
pemanfaatan model-model rancangan sistem pembelajaran (ISD). Ketergantungan
pada model-model ini sangat luas sehingga pendekatan itu berfungsi sebagai
paradigma yang mengikat kebanyakan perancang pembelajaran.
Penelitian dan Teori Psikologi
Desain pembelajaran berakar pada
teori belajar. Secara tradisional, pandangan kaum behavioris/pakar perilaku,
secara tradisi sangat dominan dalam aplikasi rancangan pembelajaran. Saat ini, perancang
pembelajaran menekankan pada aplikasi psikologi kognitif (Polson, 1993), dan
banyak juga yang berdasarkan prinsip-prinsip Construktivisme dalam
pengembangan selanjutnya.
Terdapat kecenderungan dari hasil penelitian perilaku yang menekankan pada pengaruh stimulus pada
kinerja subjek yang diteliti. Sebaliknya pakar kognitif lebih tertarik pada perubahan
pengetahuan pemelajar dan struktur pengetahuannya. Mereka lebih menekankan pada
bagaimana seseorang mengolah informasi baru dengan mengkaji bagaimana orang
tersebut mengingat informasi ini.
Sumber utama lain pengaruh
psikologi dalam prosedur desain pembelajaran berhubungan dengan usaha
menciptakan dan memelihara pemelajar yang bermotifasi. Pentingnya motivasi pemelajar
telah mengubah penekanan teknologi pembelajaran dari alat bantu audiovisual
sebagai motivator menjadi perhatian yang diberikan pada rancangan motivasi ke
dalam rancangan pembelajaran. Misalnya Keller (1987a; 1987b) memformulasikan
prosedur rancangan motivasi spesifik dari dasar penelitian psikologis yang
luas. Penelitian ini menyinggung topik-topik seperti peranan harapan dan
perilaku, minat, kesungguhan, perlunya motivasi berprestasi, sikap akademik
pebelajar (Keller, 1979).
Teori Pembelajaran dan Penelitian Mengajar-Belajar
Perancang menyeleksi peristiwa
dan kegiatan pembelajaran tentu berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi
proses mengajar-belajar. Klasifikasi mata pelajaran itu pada umumnya
digolongkan menurut berbagai taksonomi , termasuk :
·
Taksonomi kawasan kognitif Bloom (1956)
·
Taksonomi kawasan afektif Krathwol, Bloom dan Masia(1964)
·
Taksonomi kawasan psikomotorik Harrow (1972)
·
Lima kemampuam belajar Gagne (1950, dan
·
Teori tampilan unsur (component display theory), definisi
Merill (1983).
Oleh karena itu, pendekatan umum
untuk memilih strategi pembelajaran dimulai dengan klasifikasi tugas belajar.
Tetapi, fase-fase lain dalam proses rancang itu juga tergantung pada sifat tugas
belajar, termasuk teknik untuk memberikan balikan (Smith dan Reagan ,1993).
Pada dasawarsa 1950-an dan
1960-an, kerucut pengalaman Dale (Dale’scone of experience) (Dale,
1946) merupakan model yang mudah dipahami untuk menjelaskan level kekongkretan
yang diberikan oleh berbagai kategori media, dan kerucut itu memainkan peranan
dalam pemilihan media. Krucut Dale merupakan refleksi filosofi eksperimental
John Dewey mengenai pendidikan. Setelah itu, Heinich Molenda, dan Russel (1993)
menghubungkan berbagai level kerucut pengalaman itu dengan skema kegiatan
pembelajaran Bruner, kegiatan yang dilihat bersifat abstrak, iconis (berdasarkan
simbol ikon). Model pemilihan media yang ada dewasa ini (Raiser dan Gagne 1982
: Romiszowski, 1985) cenderung menekan analisis sistematis lingkungan
pembelajaran, isi, dan karakteristik pebelajar.
Kendatipun orientasi penelitian ini (dan juga pentingnya
media dalam proses belajar) mendapat kritikan tajam (Clark, 1983), banyak
kalangan masih mendukung penelitian di bidang ini. Ross dan Marrison (1989)
juga mempropagandakan penelitian media, mereka menekankan nilai penelitian
replikasi media untuk membandingkan efektivitas dan efisiensi hasilnya.
Teori Komunikasi dan Penelitian Persepsi- Atensi
Penelitian yang relevan persepsi,
dan pemerolehan dan pengontrolan perhatian yang cukup penting. Fleming (1987)
mendeskripsikan aspek-aspek penarik atensi (attention-getting) yang
dipandang cukup penting bagi perancang. Di samping itu, Fleming (1987)
meringkas hal-hal yang relevan dengan rancangan karakteristik persepsi, termasuk
organisasi, perbandingan dan perbedaan, warna, kedekatan jarak, nilai,
relative, dan display.
2. Pengembangan
Proses pengembangan pembelajaran
tergantung pada prosedur perancangannya, tetapi prinsip-prinsip utama
tergantung dari hakikat komunikasi dan proses belajar. Secara spesifik,
pengembangan tidak hanya dipengaruhi oleh teori komunikasi (communication
theory), tetapi juga teori pemrosesan visual dan auditorial (visual and
auditory processing), pemikiran visual, estetika. Selain itu, berbagai
wilayah kajian didalam ranah pengembangan juga memiliki alur tersendiri.
Teori yang Mempengaruhi Kawasan Pengembangan Secara Keseluruhan.
Para teknolog pendidikan baru
menemukan penjelasan yang meyakinkan mengenai apa yang dilakukan dalam teori
Shanon Weaver (1990). Shanon dan Weaver mendeskripsikan pemerolehan informasi
dari pengiriman pesan ke penerima dengan menggunakan alat sensori. Model ini
mendeskripsikan hubungan, sirkulasi antar pengirim (sender), pesan (message),
saluran (channel), dan penerima (receiver), yang pada umumnyan
disebut SMCR model. Schram (1954), yang bekerja dalam bidang komunikasi massa,
juga mengaplikasikan karya Shanon dan Weaver pada audience dalam
jumlah besar, dengan menekan kan aspek-aspek komunikasi secara
behavioral.
Mashall Mcluhan (1964) membantu
menjelaskan sebagaian konsep komunikasi, komunikasi massa dan teknologi
pembelajaran menggunakan media yang sama, konsep komunikasi massa tetap
terdapat dalam batasan bidang studi itu.
Rusell (1993) mendefinisikan
keaksaraan visual sebagai “kemampuan terpelajari untuk menginterprestasikan
pesan visual secara akurat untuk menciptakan pesan-pesan”. Asumsi dasar
keaksaran visual ialah bahasa visual memang ada, bahwa orang berpikir dan belajar
secara visual, dan bahwa orang dapat mengutarakan gagasan mereka secara visual
(Flory sebagai dikutip dalam Tovar,1988).
Teori berfikir visual merupakan
kondisi reaksi batin (internal reaction state) pemikiran
visual itu melibatkan lebih banyak manipulasi imagery mental
dan sensory dan asosiasi emosi dari pada tahap-tahap yang lain
(Seel, 1993d). Arnheim (1972) mendeskripsikan pemikiran visual sebagai
pemikiran prasadar, pemikiran metaforis.
Dalam hal ini, prinsip-prinsip estetika juga penting dalm proses
pengembangan (Schwier, 1987). Heinich, Molinda, dan Russel (1993)
mendefinisikan elemen utama seni yang digunakan dalam rancangan visual (garis,
bentuk, tekstur, warna) dan prinsip-prinsip rancangan estetis (penataan,
keseimbangan, kesatuan). Tetapi masih banyak lagi elemen rancangan visual dan
prinsip-prinsipnya (Curtiss, 1987; Dondis, 1973). Prinsip-prinsip itu digunakan
untuk memandu rancangan seperti rancangan grafis dan editing (Petterson, 1993;
Wilwows dan Houghton, 1987).
Penelitian dan Teori yang Mempengaruhi Subkategori Kawasan.
Ada empat bidang kegiatan khusus
dalam kawasan pengembangan, yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual,
teknologi komputer, dan teknologi terpadu. Di masing-masing sub kategori,
proses dan prosedur produksi juga telah mengalami perkembangan penelitian
pendukung cenderung bersifat pengembangan seperti halnya penelitian yang
dilakukan sebagai bagian dari penilaian
sumatif dan formatif.
Beragam teknik telah muncul dan
direvisi sebagai konsekuensi hasil-hasil penelitian. Konsep menulis terstruktur
dan elemen-elemennya juga diaplikasikan tidak saja dalam rancangan pendidikan
dan produk pelatihan, tetapi juga dalam tipe-tipe sarana komunikasi yang lain,
seperti memo (Jonassen, 1982).
Teknik programming dan authoring diterapkan
dalam banyak lingkungan. Sering kali khasanah pengetahuan ini digunakan secara
terpadu dengan teori rancangan yang lebih umum, prinsip rancangan grafis,
prinsip belajar interaktif, maupun teknik elektronis. Proses pengembangan
multimedia atau media terpadu dan pembelajaran memadukan produksi audio dan
video, prinsip authoring berdasarkan komputer, prinsip rancangan
grafis, dan prinsip rancangan pembelajaran yang lebih fundamental.
Kendatipun kritik mengenai
kurangnya kerangka teori penelitian media di lontarkan (Heidt, 1988), peranan
media pembelajaran selalu menonjol dalam bidang itu. Penelitian yang lebih baru
juga mengkaji dampak pemanfaatan media pada pemelajar dan pada pendekatan
pembelajaran dalam proses informasi.
Penelitian tentang media (seperti
film instruksional, televisi, audio tape, dan slide) berfungsi
sebagai sumber informasi yang memberikan arah pengembangan teknik dan prosedur
media yang efektif.
3. Pemanfaatan
Secara historis, konsep
pemanfaatan berkonotasi pada aspek-aspek pemanfaatan media bagi para praktisi
dalam bidang itu, tetapi kawasan ini berkembang dan mencakup difusi dan
pemanfaatan pengetahuan dan juga peranan kebijakan umum sebagai mekanisme
institusionalisasi.
Prinsip yang sama juga
mengarahkan pada pembuatan asumsi penting oleh teknologi pembelajaran.
Diasumsikan bahwa pemanfaatan dipengaruhi oleh :
·
Referensi individual
·
Kondisi sosial
·
Masalah sistem penerima secara keseluruhan
·
Tindakan pihak yang berkomunikasi (Dunn, Holzner, dan Zalman,
1989).
Contoh faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi
pembelajaran mencakup :
a. Sikap pemelajar terhadap
teknologi.
b. Tingkat independen pemelajar.
c. Faktor-faktor lain yang
menciptakan kendala bagi pemanfaatan media dan materi dalam sistem
pembelajaran.
Penelitian pemanfaatan dalam
teknologi pembelajaran mengkaji masalah penggunaan media secara optimal, pengaruh
media terhadap waktu yang diperlukan untuk belajar (Thomson, Simoson, dan
Hargrave, 1992). Yang cukup menarik ialah adanya pemanfaatan prinsip dan teknik
rancangan sistem pembelajaran secara meluas dalam lingkungan sekolah (Martin
dan Clemente, 1990)
Pemanfaatan IT Sebagai Sumber Belajar yang Kreatif dan Inovatif.
Berikut ini dipaparkan tentang penggunaan tekhnologi IT dalam
menunjang pelaksanaan pembelajaran dalam setiap mata pelajaran.
a. Penggunaan Perangkat Komputer.
Perangkat Komputer dalam pembelajaran
sangat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Hal itu disebabkan oleh tersedianya
banyak program aplikasi yang sangat membantu guru dalam mengelola
pembelajarannya.
·
Dalam mengelola nilai, guru dapat mengelola nilai siswa
dengan menggunakan Microsoft Excel.
·
Membuat artikel atau menyusun soal atau tugas yang akan
diberikan kepada siswa dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan
Microsoft Word.
·
Membuat Data Base siswa dapat dengan mudah dilakukan pada
program Microsoft Access.
·
Menyampaikan pembelajaran kepada siswa agar dapat lebih efektif,
maka guru dapat menggunanakan program Microsoft Power Point.
b. Penggunaan Perangkat Handphone.
Handphone adalah salah satu
perangkat teknologi IT yang paling banyak digunakan sebagai sarana komunikasi
saat ini.
·
Guru dapat memberikan tugas di rumah.
·
Guru mengumumkan kepada siswa nomor handphone yang dapat
dihubungi jika ada nomor soal yang tidak dapat terjawab oleh siswa.
·
Guru hendaknya mengikhlaskan dirinya untuk melayani pertanyaan
siswa lewat handphone, kapan dan dimana saja itu terjadi.
·
Membiasakan siswa memanfaatkan handphone sebagai sarana belajar
yang efektif.
c. Penggunaan Perangkat TV E-Dukasi.
Setiap guru, yang memberikan
pelajaran kepada siswa dapat memamfaatkan siaran Televisi edukasi dengan menyesuaikan
jadwal pembelajaran dengan jadwal siaran Televisi Edukasi.
Siswa diberi tugas untuk mencari informasi lewat siaran TV
Edukasi, kemudian membuat kesimpulan.
Dapat juga dijadikan sarana untuk
memberikan program pengayaan kepada siswa dengan cara merekam siaran pelajaran
dari Televisi Edukasi, kemudian memutarnya kembali di kelas atau ditempat
belajar kelompok siswa.
d.
Penggunaan Internet.
Internet adalah sumber informasi
yang tak terbatas. Sehingga sangat tepat jika Internet dijadikan sebagai sarana
belajar dan pembelajaran. Guru dalam mata pelajarannya dapat memberi tugas
kepada siswa untuk menggali informasi melalui internet. Begitu banyak informasi
yang dapat kita peroleh melalui internet. Sehingga sebagian guru yang memanfaatkan
internet sebagai sumber informasi belajar mendapatkan kemudahan berinovasi
dalam pembelajaran.
Kendala
yang dihadapi dalam Penggunaan Perangkat IT
Meskipun penggunaan perangkat IT
selalu memberikan kita kemudahan dan keleluasaan dalam berkarya dan inovasi,
bukan berarti kita tidak mendapat kendala ataupun hambatan. Hambatan-hambatan
tersebut berupa :
·
Sumber Daya Manusia yang terkadang tidak siap dengan penggunaan
Teknologi Informasi dalam pembelajaran.
·
Sarana atau perangkat Teknologi Informasi yang membutuhkan biaya
tinggi ( hight coast ) sehingga sebagian guru menghindari penggunaan IT
tersebut.
·
Sekolah atau pejabat kepala sekolah sebagai penentu kebijakan
terkadang belum tahu manfaat penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran
sehingga menganggap penggunaan unsur teknologi informasi dapat menghabiskan
biaya yang tinggi.
·
Internet, oleh pandangan sebagian orang tua siswa masih dianggap
selau berkaitan dengan hal-hal yang tabu.
Pemanfaatan Tergantung pada Proses Difusi
Hasil dari eksplorasi Rogers
(1962, 1983) tentang proses divusi ini adalah suatu model yang banyak di
dasarkan pada hasil penelitian tentang adopsi inovasi. Model Rogers didasarkan
pada proses, karakteristik, inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan, sistem
sosial.
Selain itu, penelitian Havelock
(1971) mengenai pengembangan dan difusi (penyebaran) serta model interaksi
sosial lebih menekankan pada upaya menghubungkan para pemakai dengan sumber
pengetahuan baru. Penelitian Lazarfield, et al, 1944 seperti dikutip Rogers,
1983) mengungkapkan tentang informasi yang sampai kepada para pemuka pendapat
byang pada awalnya berupa transfer informasi sederhana, kemudian informasi itu
diolah dan diteruskan kepada para pengikutnya.
Pada tahun 1957 Westley dan
Mclean menerbitkan sebuah model komunikasi yang tidak saja memberikan arus dua
arah seperti yang diusulkan Lazarfield, tetapi juga memuat peranan penjaga
gawang. Model mereka menjelaskan bagaimana komunikasi yang melibatkan dua orang,
komunikasi massa, dan umpan balik berperan bersama dalam proses komunikasi. (Westley
dan Mclean,1957 seperti dikutip dalam Urgoon dan Ruffer, 1978). Sejak saat itu di
identifikasi bahwa peranan pemuka pendapat dipandang penting dalam proses
komunikasi umum, dan khususnya untuk tujuan difusi inovasi. Baik Havelock
(1971) mapun Rogers(1983) menekankan pentingnya pemuka pendapat.
Terdapat perkembangan khasanah
pengetahuan mengenai cara-cara organisasi beradaptasi dengan tantangan
masyarakat modern, dengan pasar baru, teknologi baru, dan dengan meningkatkan
kebutuhan untuk perubahan (Marguelies dan Raia, 1972). Tetapi, jaminan
implementasi inovasi yang berhasil menghendaki adanya perhatian pada isu-isu
yang tidak berhubungan langsung dengan pembelajaran, hal ini memberikan peluang
kajian pada pendekatan teknologi informasi.
Difusi Merupakan Produk Berbagai Proses
Divusi inovasi mungkin merupakan
hasil dari proses yang beragam. Misalnya, difusi bisa merupakan akumulasi hasil
penelitian yang meyakinkan, atau hasil proses pemecahan masalah. Sebaliknya,
pendekatan politis pada difusi pengetahuan, berakhir dalam pembentukan
kebijakan dan aturan (Weiss seperti dikutip dalam Keeves, 1989). Sebagai
contoh, terdapat upaya untuk memberikan batasan pada penyajian kekerasan
melalui televisi, waktu dan jenis iklan yang ditunjukan pada jam-jam utama(prime
time) saat anak-anak nonton televisi.
Molenda (1993) menyimpulkan teori
dan komponen utilisasi kedalam tiga bentuk tahapan, yaitu (penggunaan,
instalasi, dan institusionalisasi) ditunjukan dalam gambar 3.
Di sisi lain, instalasi terjadi
ketika materi teknik dimasukan dalam paket atau system pembelajaran yang lebih
besar, atau materi atau teknik yang dianggap pemanfaatan di dalam struktur
kurikulum atau organisasi secara permanen (atau semi permanen). Ketiga proses
itu ialah institusional, dalam tahap ini terdapat upaya sadar untuk memasukan
inovasi pembelajaran (materi, teknik, atau sistem) ke dalam struktur dan kultur
organisasi.
Dalam upaya memberikan sintesis mengenai kerangka intelektual
ranah pemanfaatan, Molenda (1993) mengemukakan bahwa literatur ranah itu
merefleksikan “perspektif pendorong (provider) yaitu orang yang berusaha
meyakinkan orang lain untuk menggunakan suatu inovasi atau perspektif pemakai,
seseorang yang berusaha meyakinkan orang lain untuk menggunakan inovasi atau
pengguna seseorang yang berpotensi mengadopsi inovasi itu”. Dari perspektif
pendorong yang menjadi perhatian adalah menseleksi materi atau teknik yang
paling memadai dan untuk menemukan cara-cara menggunakannya sebaik mungkin si
pemakai akan tertarik untuk mempelajari pustaka yang berkaitan apakah itu mengenai pendidikan atau teknik
pemilihan bahan ajar atau akibat terhadap karakteristik pemelajar. Teori dan
penelitian yang dibahas terutama yang berorientasikan pada pendorong.
Gambar 3
Hubungan Antara Tahapan
Pemanfaatan
INSTITUSIONAL
(menyatu dalam organisasi)
|
INSTALASI
(permanen dalam kurikulum)
|
PEMAKAIAN
(spontan, setiap waktu)
|
4. Pengelolaan
Sebagian besar prinsip-prinsip
pengelolaan berasal dari administrasi dan hanya sebagian kecil teori dan
penelitian pengelolaan dihasilkan oleh komunitas teknologi pembelajaran.
Pengaruh yang paling menonjol pada bidang pengelolaan berasal dari para praktisi
teknologi pembelajaran, bukan dari ahli teori (Greer, 1992).
Pengelolaan proyek, sebagai suatu
konsep, “pertama kali diperkenalkan sebagai cara yang efisien dan efektif dalam
menghimpun suatu tim, dimana pengetahuan dan keahlian anggotanya sesuai dengan
situasi unik dan tuntutan teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi
kerja.“ (Rothwel dan Kazanas, 1992: 264).
Konsep sumber kini mengacu pada konsep
sumber yang lebih luas untuk belajar dan bukan hanya mengacu pada materi
audiovisual. Dengan demikian, sumber diasumsikan mencangkup pula materi cetak,
sumber lingkungan, dan nara sumber (Eraut, 1989).
Komponen terakhir ranah
pengelolaan ialah pengelolaan informasi. Wilayah kajian ini secara fundamental
dipengaruhi oleh teori informasi yang “memberikan jalan untuk memperlakukan
bahasa tulis dan bahasa lisan sebagai serangkain informasi tertentu,
pengelolaan informasi tanpa mempertimbangkan makna isinya” (Lindermayer, 1988 :
312).
5. Penilaian
Dalam kerangka penilaian yang
dikemukakan Worthen dan Sunders (1973: 1987), penilaian dipandang sebagai
bentuk penelitian yang memanfaatkan sarana penelitian untuk memperoleh cara
yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh para teknolog pembelajaran dalam membuat
keputusan yang kompleks. Oleh karena itu penilaian pembelajaran diartikan
sebagai suatu bentuk disiplin pengkajian dengan teori orientasi :
·
Sistematis
·
Beracuan criteria, dan
·
Cenderung positivistik
Penilaian sering dihubungkan
dengan orientasi keperilakuan dalam desain pembelajaran dan hal-hal yang
diturunkan dari teori sistem umum. (general systems teory). Teori
sistem umum yang umumnya memberikan rambu-rambu proses desain secara
keseluruhan memuat pertimbangan logis dalam tugas penilaian yang dilaksankan
oleh para teknolog pembelajaran
penelusuran kebutuhan (Need assessment), penilaian formatif dan penilaian
sumatif, dan tes yang mengacu pada kriteria semuanya dipengaruhi oleh
pendekatan sistem. Semua hal itu dipengaruhi oleh kebutuhan akan adanya sistem
regulasi diri dan keyakinan akan peran positif umpan balik.
Demikian pula pada penelusuran
kebutuhan dan berbagai bentuk analisa tahap awal lain yang lazimnya menggunakan
pendekatan keperilakuan. Hal ini terlihat jelas dengan diberikannya perhatian
terhadap data kinerja dan perincian isi kedalam bagian-bagian yang
membentuknya. Teknik-teknik desain seperti penggunaan hirarki belajar dan
analisis tugas pekerjaan jelas berorientasi keperilakuan. Penelusuran kebutuhan
yang dikembangkan lebih lanjut oleh para teknolog kinerja pada dasarnya
dilandaskan pada pandangan keperilakuan.
Tetapi dewasa ini terdapat
meningkatnya kecenderungan untuk memasukkan orientasi kognitif dan
kadang-kadang konstruktifis pada berbagai tugas analisis dan penelitian
dalam proses rancangan sistem pembelajaran. Kedudukan ini mempunyai implikasi
akan proses penilaian kebutuhan yang mengasumsikan perlu cakupan yang lebih luas,
Tidak hanya berkonsentrasi pada isi melainkan juga memberikan perhatian pada
analisis pemelajar, serta analisis organisasi dan lingkungan. (Richey, 1992 :
Tessmer dan Jarris, 1992).
Nilai dan Perspektif Alternatif
Bidang Teknologi Pembelajaran
1.
Nilai-Nilai Umum
Dalam
banyak bidang terdapat nilai yang juga berfungsi sebagai landasan untuk
pemikiran dan praktek. Nilai-nilai ini bisa berasal dari pelatihan atau
pengalaman kerja yang sama, penyerapan nilai-nilai yang muncul dari dasar
teori, atau karakteristik kepribadian seseorang yang tertarik pada disiplin itu.
Para
teknolog pembelajaran sebagai masyarakat profesinal memberikan perhatian pada
konsep-konsep nilai seperti :
·
Replikabilitas pembelajaran
·
Individualisasi
·
Efisiensi
·
Penggeneralisasian proses isi lintas bidang studi
·
Perencanaan terinci
·
Analisis dan spesifikasi
·
Kekutan visual
·
Manfaat pembelajaran bermedia
Nilai
dibentuk oleh aspek-aspek kultur yang lain, penelitian dan teori, posisi
filosofis yang dominan, dan sifat lingkungan aplikasinya, tetapi terlepas dari
keberadaan karakteristik umum bidang studi itu, sejumlah perspektif alternatif
telah membentuk karya teknologi pembelajaran.
2.
Perspektif Alternatif
Teknologi
pembelajaran merupakan bidang studi yang berevolusi. Oleh karena itu teknologi
merupakan perekat bidang studi, teknologi pembelajaran menarik banyak ahli
teori dan praktisi dari berbagai bidang. Akibatnya, teknologi pembelajaran
merupakan bidang studi dengan kompleksitas dan sudut pandang tersendiri,
terlepas dari adanya kesamaan nilai yang juga memiliki bidang studi lain.
Konsepsi
paradigma alternatif untuk menemukan dan memferifikasi pengetahuan merupakan
fokus utama teknologi pembelajaran sebagai sebuah disiplin ilmu. Dari
perspektif ilmiah, paradigma alternatif ini mencangkup gerak kearah
penerimaan metodologi penelitian kualitatif, pengenalan penelitian
fenomenologis, dan gerak kearah psikologis konstruktivis.
Teknologi
pembelajaran cenderung mendudukan dirinya sendiri sebagai ilmu pengetahuan (science)
dan banyak teknolog berorientasi kearah positivisme. Pandangan kaum positivisme
ialah bahwa pengetahuan pada dasarnya bersifat ilmiah. Observasi yang obyektif
tentang nilai dan hubungan sarana-tujuan atau sebab akibat diantara aspek-aspek
lingkungan itu ditelusuri. Meskipun orientasi seperti ini masih dominan dalam
banyak disiplin ilmu, namun sekarang bada sejumlah pandangan alternatif yang
berkembang di bidang teknologi pembelajaran. Pandangan itu cenderung sebagi
berikut :
·
Pengkajian kritis tentang akal sehat
·
Orientasi teoritis alternative
·
Dasar filosofi
a. Pengkajian Kritis atas Bidang Teknologi
Pembelajaran
Pemikiran utama dalam khasanah
teknologi pembelajaran adalah kedudukan bidang studi ini terhadap ilmu
pengetahuan dan masyakat luas. Sebagai contoh Striebel (1991) mengemukakan
pendapat bahwa “komputer bukanlah sekedar bentuk lain dari sistem penyampaian
tetapi sebagai suatu lingkungan yang memiliki nilai-nilai tertentu dan segala
kecondongan yang terkait padanya. (hal 177). Pendapat ini mengandung
kecondongan yang tersamar, yaitu orientasi perilaku yang begitu meresap
sehingga cenderung mengurangi penggunaan orientasi teoritik lain. Striebel juga
mempertanyakan kemungkinan pemelajar untuk benar-benar mengendalikan situasi
pembelajaran yang sudah dibuat terstruktur sedemikian rupa oleh orang lain.
b. Posisi Teori Alternatif
Representasi yang mewakili
perspektif teori baru ialah psikologi contructivist (Duffy dan Jonassen,
1991). Constructivis menyatakan bahwa pengetahuan kita tentang
realitas berasal dari interpretasi pengalaman. Bermakna dan tidaknya sesuatu hal
terjadi setelah terlepas dari orang yang mengetahui itu. Belajar terdiri atas
keberlangsungan proses menginterpretasikan pengalaman kita dan menyesuaikan
interpretasikan kita dengan pengalaman baru. Constructivis berbicara
tentang pembuatan rancangan lingkungan belajar daripada pembuatan urutan
pembelajaran secara diktatis. Ketika sesorang menekankan belajar situasional,
perluasan logisnya ialah melihat belajar sebagai proses aktif dan terus
berlangsung, dan dipandang lebih sebagai aplikasi daripada sebagai pemerolehan
(Brown dan Duguid, 1993). Winn (1993) telah menunjukkan bagaimana manfaat
rancangan pembelajaran dapat diaplikasikan untuk mencapai keuntungan belajar
situasional, dan menekankan pentingnya “pembelajaran pada level generalisasi
yang memungkinkan apilkasi dalam lingkungan yang bervariasi” (hal 17). Dia juga
meyebutkan kendala yang sering ditimbulkan oleh teknologi ketika berusaha
memperkenalkan fleksibiltas dalam rancangan pembelajaran.
Berkenaan dengan dasar yang lebih aplikatif, gerakan teknologi
performansi (Geis, 1986) juga disajikan sebagai perspektif altenatif teknologi
pembelajaran. Tetapi, teknologi cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis
dengan tujuan organisasi mereka dan bukannya pada tujuan belajar. Teknologi
performansi, sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah merupakan produk
berbagai pengaruh teoritis, termasuk cybernetics, psikologi
behavioral, teori informasi, teori system, ilmu pengetahuan manajemen, dan ilmu
pengetahuan kognitif (Geis, 1986). Teknologi performansi menyajikan pola umum
pengaruh teoritis yang beragam.
Teknologi pembelajaran tidak
selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai solusi masalah mereka.
Teknologi performansi cenderung memperhatikan insentif, rancangan kerja,
seleksi personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi seperti
ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran. Cukup sulit untuk
menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan dalam berbagai
situasi pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar.
c. Filsafat Alternatif
Yang terakhir, filosofi post-modern mendorong
analisis kritis mengenai landasan kepercayaan dan nilai tradisional bidang
studi itu. Perspektif post modern menekankan konsep bahwa teknologi
pembelajaran lebih merupakan seni dari pada ilmu pengetahuan. Hlynka (1991)
mendeskripsikan post modernisme sebagai “cara berpikir yang
mengagungkan keragaman, kontemporal, dan kompleksitas kearah hakikat yang
universal, yang stabil, dan yang sederhana. Post modernisme memandang
bahwa satu filosofi, atau satu teori itu lebih baik dari pada teori yang lain,
semua ada secara bersama dan harus digunakan secara bersama. Kaum modernis
mengenali dan menemukan rangsangan intelektual dalam system penghasil
pengetahuan yang kaya dan cenderung memandang sebuah definisi tunggal dalam
bidang itu (seperti definisi yang disajikan disini) sebagai cara merangsang
kreativitas yang diperlukan untuk mendorong inquiry.
3.
Dampak Teknologi
Kecuali
pengaruh penelitian dan teori. Teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang
studi, tidak terlepas dari pengaruh dan perkembangan teknologi. Hal ini terjadi
meskipun ada usaha terus menerus untuk mendefinisikan bidang dalam pengertian
proses dan bukannya dalam perangkat keras. Berawal dari penggunaan “pembelajaran terprogram di pertengahan tahun
1950 an sampai dengan keberhasilan televisi pembelajaran yang menggunakan
prinsip-prinsip desain pembelajaran (Contohnya program Sesame Street) pada
akhir tahun 1960 an dan pengenalan mikro komputer Apple II di tahun 1977,
teknologi telah banyak mempengaruhi pertumbuhan teknologi pembelajaran (Seels,
1989).
Dewasa
ini, teknologi baru banyak memberikan dorongan peningkatan baik dalam teori
maupun prakteknya secara disipliner. Salomomn (1992) menyebutnya sebagai pola
pengembangan teori dari bawah ke atas.Teknologi-teknologi baru ini memberikan
kesempatan pengembangan yang mengarah pada permasalahan-permasalahan yang baru,
termasuk kebutuhan untuk :
·
Merekayasa prinsip-prinsip untuk mengadaptasi pembelajaran dalam
situasi yang unik.
·
Merekayasa pedekatan-pendekatan baru dalam pembelajaran
interaktif.
·
Merekayasa pembelajaran dalam lingkungan belajar non-formal.
Dampak
teknologi dideskripsikan dengan membedakan antara pengaruh dari teknologi dan
pengaruh dengan teknologi (Salomon, 1992). Teknologi baru menyajikan prospek
untuk menciptakan stimuli realitik, memberikan akses cepat pada informasi,
hubungan informasi antara instruktur dan pembelajaran yang kreatif dan terampil
dapat menghasilkan produk pembelajaran yang memanfaatkan kemampuan untuk :
·
Mengintegrasikan media,
·
Menyelenggarakan pengendalian atas pemelajar yang jumlahnya
hampir tidak terbatas, dan bahkan
·
Mendesain kembali untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhan,
latar belakang dan lingkungan kerja setiap individu.
Perkembangan
dalam teknologi ini mengubah hakikat praktek dalam bidang studi teknologi
pembelajaran. Perkembangan itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan
menggunakan teknologi baru yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk mendeskripsikan peranan secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam
belajar.
Tetapi,
ketika mempertimbangkan pengaruh dengan teknologi, pertanyaan itu memfokuskan pada
peran lingkungan dengan teknologi yang meningkat pada pemikiran yang lebih
tinggi dan proses kognitif lain (Salomon, 1992). Teknologi, dari pandangan ini,
menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek yang berorientasi kognitif. Di
samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media pembelajaran, teknologi
juga mempengaruhi praktek dalam bidang itu dengan memberikan instrument
berbasis-komputer untuk mendukung tugas rancangan itu sendiri (Gustafson
dan Reeves, 1990). Tempat kerja yang di desain secara otomatis dan
menggunakan expert design system, kemungkinan besar akan meningkatkan produktivitas
perancang pembelajaran dengan mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan
yang rinci dan sistematis, tanpa mengorbankan kualitas yang dicapai oleh
pemanfaatan prosedur rancangan system pembelajaran tradisional pembelajaran
lebih efektif. Merrill, Li, dan Jones (1990) menyarankan bahwa inovasi ini akan
menghasilkan rancangan pembelajaran generasi kedua.
III
KESIMPULAN
Teknologi
dari pandangan ini menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek yang
berorientasi kognitif. Di samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media
pembelajaran, teknologi juga mempengaruhi praktek dalam bidang itu dengan
memberikan instrument berbasis-komputer untuk mendukung tugas rancangan
itu sendiri. Automatic design workstation dan exepert design
system akan meningkatkan produktivitas perancang pembelajaran dengan
mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan yang rinci dan sistematis, tanpa
mengorbankan kualitas yang dicapai oleh pemanfaatan prosedur rancangan system
pembelajaran tradisional pembelajaran lebih efektif.
Perkembangan
dalam teknologi mengubah hakikat praktek dalam bidang studi itu. Perkembangan
itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan menggunakan teknologi baru
yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendeskripsikan peranan
secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam belajar.
Teknologi
pembelajaran tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai solusi
masalah mereka. Teknologi performansi cenderung memperhatikan insentif,
rancangan kerja, seleksi personil, umpan balik, atau alokasi sumber sebagai
intervensi seperti ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran.
Cukup sulit untuk menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan
dalam berbagai situasi pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar.
DAFTAR PUSTAKA
http/siobahcruel.wordpress.com/2010/06/01,
Sumber-sumber yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran.
B. Seels, Barbara & Rita C. Richey,
1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya. Jakarta : Seri
Pustaka Teknologi Pendidikan No. 12.
F. Metode Pembelajaran Melalui
Internet
Setelah
semua perangkat untuk pembelajaran siap, guru mulai melakukan pembelajaran
dengan menggunakan sumber belajar internet. Bagi siswa sekolah dasar tentu saja
akses-akses yang ringan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa mencari hal-hal yang
berkaitan dengan hal tersebut dengan mencari (down load) dari internet. Guru
juga dapat memberikan tugas-tugas ringan yang mengharuskan siswa mengakses dari
internet. Siswa juga dapat belajar dari internet tentang hal-hal yang up to
date yang berkaitan dengan pengetahuan.
Dengan
pembelajaran berbasis internet diharapkan siswa akan terbiasa berpikir kritis
dan mendorong siswa untuk menjadi pembelajar otodidak.Satu hal lagi yang tidak
kalah pentingnya yaitu dengan pembelajaran berbasis internet pengetahuan dan
wawasan siswa akan berkembang.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Pengertian sumber belajar menurut para
ahli ?
- Bagaimana perkembangan historis teknologi
pembelajaran ?
- Apa saja sumber-sumber utama yang
mempengaruhi teknologi pembelajaran ?
- Bagaimana pengaruh penelitian dan teori
terhadap teknologi pembelajaran ?
- Cangkupan apa saja yang terdapat dalam
teknologi pembelajaran ?